Jakarta – Gerakan Pemuda (GP) Ansor mengklaim pihaknya siap untuk elawan hingga mati siapa saja pihak yang merusak tatanan beragama dan bernegara di Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017.
Pernyataan dari GP Ansor tersebut disampaikan oleh Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor DKI Jakarta, Abdul Aziz, menyusul mulai bermunculannya gerakan radikalisme yang menyebar pesan-pesan bernada rasial, untuk menyerang pasangan kandidat nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada.
Menurutnya, apa yang dilakukan kelompok radikal itu bukan merepresentasikan aspirasi umat secara keseluruhan. Karena pada dasarnya masyarakat hanya ingin hidup rukun antar umat beragama. Tanpa harus dipecah belah.
“Tapi kalau sudah merusak tatanan NKRI kita akan turun dan kita akan lawan. Leluhur kita pendiri NU yang mendirikan NKRI. Kita siap mati demi tegaknya NKRI karena ini amanat ulama terdahulu,” ungkap Abdul Aziz, Jumat (7/4/2017) di hadapan Ahok dan Djarot.
Ia menambahkan, kedatangan Ahok dan Djarot ke kantor GP Ansor hanya untuk bersilaturahmi sekaligus menyamakan persepsi tentang Pilkada tanpa intimidasi.
Menurut Aziz, sikap lembaganya mendukung pasangan petahana itu, ingin menunjukkan kepada kelompok ekstrimisme, bahwa mereka yang sengaja membawa simbol-simbol agama untuk kepentingan politik di Pilkada DKI tak layak diberi tempat di Indonesia.
“Jadi kami GP Ansor menolak kepada calon Gubernur yang isinya itu didukung oleh Islam radikal dan garis keras,” sambung Aziz.
Aziz juga menuturkan apabila pihaknya tidak takut bila masyarakat menyerangnya atas keputusan ini. Menurutnya, pertentangan membela minoritas sudah dialami GP Ansor ketika kerap mengerahkan Banser untuk menegakkan ideologi yang dianut negara yaitu, Pancasila.
Baca juga: Tokoh Muda NU Kuatirkan Karakter Sandiaga Bila Memimpin Jakarta
“Kita dihina dari zaman Gus Dur. Ansor dan Banser itu karena membela minoritas. Kita dibilang kafir munafik sudah biasa,” tegasnya. (Yayan – www.harianindo.com)