Jakarta – Media sosial dibuat heboh dengan pernyataan Rita Tiara Panggabean pada Senin (3/4/2017) yang menyebutkan bahwa pendeta se-DKI Jakarta akan menggelar deklarasi dukungan kepada pasangan cagub dan cawagub DKI, Anies Baswedan – Sandiaga Uno pada 11 April 2017 mendatang.
Pernyataan ini kemudian menimbulkan reaksi dari kaum Nasrani dan para pendeta yang merasa dibawa-bawa pada pernyataan Rita Tiara tersebut. Apalagi pernyataan Rita dimaksudkan untuk mendukung salah satu paslon pada Pilkada DKI.
Pada hari ini, Rabu (5/4/2017), bahkan beredar sebuah surat terbuka yang ditulis oleh Ronny D. Rondonuwu pada situs seword.com, yang pada intinya menunjukkan ketidaksetujuan terhadap pernyataan Rita dengan mengklaim bahwa pendeta se-DKI akan menggelar dukungan kepada Anies-Sandi.
Surat terbuka tersebut juga menyindir akan kegiatan Rita yang aktif di gereja namun tetap juga menjalani aktifitasnya di dunia hiburan, bahkan politik.
Berikut isi surat terbuka tersebut:
Rita Tiara, ternyata saya baru tahu Anda adalah seorang artis yang aktif dalam pelayanan rohani dari netizen kepo yang mengekspos profil medsos Anda ke media, ha ha ha. Tetapi yang mengagetkan saya ternyata Anda juga aktifis ‘berat’, dalam dunia politik dalam hal ini di kepartaian. Bagus sih Anda sebagai artis yang masih muda dan punya minat dalam hal spiritual atau rohani supaya tidak gampang terjebak dalam godaan dunia. Tapi Anda akhirnya terjebak dalam godaan di bidang politik. Please, jangan campur adukkan pelayanan rohanimu dengan politik. Ini malah hanya akan menjadi blunder alias tidak menjadi kesaksian hidup yang baik karena bagaimanapun orang tetap melihat Anda sebagai seorang pemimpin rohani Kristiani.
Anda memiliki semangat untuk pelayanan rohani yang tinggi tapi aktifitas model atau karirmu juga masih kamu jalani termasuk bahkan aktif dalam kegiatan politik. Anda harus memilih salah satu (bukan milih paslon loh ya), tapi pilih mau fokus di bidang pelayanan rohani, model atau politik. Jangan sampai mendua hati. Contohlah Tracy Trinita seorang model kelas dunia yang tinggalkan pekerjaan sebagai model dan fokus untuk pelayanan rohani. Kalau mau fokus di pelayanan rohani ya sebaiknya tinggalkan karirmu di bidang model atau lepaskan aktifitasmu dalam dunia politik.
Kami malu karena Anda mengklaim sebagai ‘Penginjil’, dan pemimpin Barisan Anak Surga. Penginjil itu membawa berita keselamatan atau berita Injil tapi Anda malah membawa berita deklarasi politik alias berkampanye! Anda harus bertobat! Sebagai pemimpin Kristen seharusnya tidak boleh ikut dalam politik praktis. Anda masih muda dan sebagai pemimpin akan selalu jadi panutan umat. Jangan menyeret umat ke dalam kancah politik yang bisa menyebabkan suasana umat Kristiani malah jadi tidak damai dan sejahtera.
Saya jelas sangat tidak terima ketika Anda mengklaim bahwa orang Kristen atau kaum Nasrani mendukung pasangan no 3. Itu klaim pribadi Anda, tidak usah membawa-bawa nama kaum Kristen atau Nasrani. Kami tidak pernah memberi mandat kepada Anda atau kepada rohaniwan manapun untuk memberi pernyataan politik. Bahkan bukan tradisi atau kebiasaan umat Kristen Protestan ataupun Katholik di Indonesia untuk memberikan aspirasi politik kepada rohaniwan mereka baik dalam konteks Pilkada atau Pilpres sekalipun.
Rita Tiara, melihat dari foto-foto Anda ternyata aktif di mimbar. Itu artinya Anda juga berkhotbah. Anda sudah belajar theologi di mana? Kalau belum, sebaiknya tahan diri dulu. Masuk dulu Sekolah Theologia atau Seminari karena kalau berkhotbah tidak boleh sembarang atau asal ngomong. Masuk Sekolah Theologia juga harus benar-benar panggilan Tuhan, bukan sekedar untuk menyalurkan bakat ngomong atau untuk mencari duit.
Masuk Sekolah Theologia atau Seminari itupun bukan hanya untuk belajar berkhotbah. Untuk belajar khotbah sendiripun kalau mau yang bertanggung jawab harus belajar yang namanya bahasa Ibrani, Yunani, belajar menafsir, dan lain-lain. Jadi mending kalau terpanggil, belajar Theologia dulu yang benar! Jangan cuma modal PD alias percaya diri atau asal ngomong, ujung-ujungnya jadi nabi palsu loh!
Rita Tiara, Anda dengan mudah mencomot ayat Alkitab lalu langsung dicocokkan dengan apa yang menjadi keinginanmu. Itu yang namanya eisegese, memasukkan ide atau pikiran dari luar ke dalam teks Kitab Suci. Dengan cara seperti itu lalu mengabsolutkannya sebagai Firman Allah, itu sangat berbahaya! Harusnya bagaimana? Harusnya melakukan eksegese (Yunani = menarik keluar), menggali keluar pesan dari teks Kitab Suci. Anda tidak memiliki kemampuan eksegese itu jadi jangan membodohi pengikutmu, umat Kristiani dan masyarakat. Jika Anda mencintai Tuhan dan Kitab Suci, belajarlah eksegese dan jauhilah eisegese!
Jangan asal klaim kalau pendeta se-DKI mendukung pasangan calon nomor 3. Persekutuan Gereja di Indonesia sudah memberikan Surat Penggembalaan bahwa Gereja atau mimbar tidak boleh dipakai sebagai ajang untuk kampanye. Anda belum update soal ini? Makanya perlu dicek dulu, di internet atau Google banyak link yang mudah ditemukan berisi sikap PGI terkait dengan Pilkada. Tidak pernah ada edaran atau himbauan dari Pendeta atau Gereja yang meminta umat Kristiani untuk memilih atau mendukung paslon tertentu di Pilkada 2017 bahkan Pilkada sebelumnya.
Rita Tiara, Anda mengatakan Anies memiliki hati Tuhan? Ini pernyataan menggelikan sekali. Anda sudah berapa lama kenal Pak Anies? Sudah berapa lama pelayanan rohani bersama Pak Anies. Saya percaya, pasti belum pernah kan? Jadi jangan mudah mengatakan seperti itu, karena sebenarnya sangat kontras. Saya juga tidak mengenal Pak Anies dari dekat tapi melihat sepak terjangnya di media, Anda bisa menyimpulkan sendiri bagaimana masyarakat menilai beliau. Jadi ucapan Anda malah menjadi bumerang ketika mengklaim bahwa beliau memiliki hati Tuhan.
Rita Tiara, bicara hati yang melayani dengan kasih, Anda ternyata tertutup mata hati terhadap Ahok. Ahok seorang yang melayani dengan hati, peduli orang miskin, rakyat kecil. Melakukan pelayanan pembesukan kepada orang sakit. Tapi kenapa tidak kamu akui kalau Pak Ahok memiliki hati yang penuh kasih? Sedangkan Pak Anies sendiri Anda dukung sebagai memiliki hati kasih. Kasih seperti apa? Kasih rumah dengan DP 0%? Kasih KJP Plus Plus? Kasih sumbangan ke RT dan RW dengan nilai miliaran? Jika itu yang dimaksud, wah kayaknya pemahaman Anda tentang ‘Kasih”, itu sangat politis sekali. Jadi kita memang berbeda, ha ha ha.
(samsul arifin – www.harianindo.com)