Moskow – Ribuan orang turun ke jalanan Tverskaya, Moskow pada Minggu (26/3/2016) waktu setempat, menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Dmitry Medvedev yang dituduh melakukan korupsi.
Ratusan orang ditangkap pada aksi tersebut, termasuk pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny yang turut turun ke jalan.
Dilansir Reuters, Senin (27/3/2017), aksi kemarin tercatat sebagai yang terbesar sejak gelombang unjuk rasa anti-Kremlin pada 2011-2012.
Aksi menentang Perdana Menteri Dmitry Medvedev ini digelar setahun sebelum pemilihan Presiden Rusia dimana Vladimir Putin dikabarkan akan kembali mencalonkan diri untuk yang keempat kalinya.
Polling sementara ini menyebutkan partai oposisi Liberal mempunyai kesempatan yang kecil untuk mengalahkan Putin karena Putin memiliki popularitas yang tinggi. Karena itu, Navalny menggunakan kesempatan ini untuk meraup dukungan dari warga yang merasa tidak puas dengan maraknya korupsi di kalangan pejabat.
Pada aksi tersebut, Navalny bersama ribuan warga turun ke jalan dan melakukan long march di sepanjang jalanan Tverskaya, Moskow, sambil menyerukan slogan antikorupsi.
Reporter Reuters melaporkan bahwa polisi Rusia mengamankan Navalny ke dalam truk yang dikelilingi oleh ratusan demonstran yang mencoba membuka paksa truk tersebut.
“Saya senang karena ada banyak orang turun (ke jalanan) dari timur hingga Moskow,” ucap Navalny sebelum ditahan.
Menurut Grigory, pendiri organisasi HAM OVD Info, setidaknya 600 orang ditahan saat aksi unjuk rasa tersebut Sedangkan laporan dari kepolisian setempat menyebutkan sekitar 7-8 ribu demontran turun ke jalan, dan polisi menahan 500 orang di antara mereka.
(samsul arifin – www.harianindo.com)