Washinton – Stephen Mumford, professor metafisik dari Universitas Durham di utara Inggris punya banyak uang untuk dihambur-hamburkan. Pada Oktober 2016, Mumford memenangkan beasiswa dari penelitian yang dilakukannya. Dia suka traveling dan mengunjungi negara untuk liburan sekaligus mempresentasikan hasil penelitiannya.
Tahun ini, Mumford berniat mengunjungi beberapa konfrensi akademik di Amerika Serikat (AS). Namun kemudian, Donald Trump terpilih pada November 2016. Di bulan pertama pemerintahnya, Trump meluncurkan muslim ban untuk tujuh negara muslim. Pemerintahannya juga memberlakukan peraturan keras untuk imigran yang hendak masuk AS.
”Saya tidak ingin pergi ke konfrensi jika orang lain tidak boleh masuk karena mereka bergabung dengan group tertentu,” katanya sebagaimana diberitakan Reuters pada Minggu (19/3/2017).
”Saya tidak bisa hanya berjalan dan berpikir, saya ok dan tidak memedulikan orang lain yang mungkin tidak lolos pemeriksaan karena dia Muslim. Jika itu saya lakukan maka saya bagian dari ketidakadilan itu,” sambungnya.
Di Philadelphia, setidaknya satu konfrensi besar dengan pendapatan mencapai USD 7 juta sudah dibatalkan. Dewan Pariwisata New York baru-baru ini pun merevisi target kehadiran wisatawan internasional ke New York City. Target 2017 menjadi 300 ribu dari awalnya 400 ribu.
Baca juga: Serang ISIS, Pasukan Koalisi AS Bikin Syria Gerah
Namun, tidak dipungkiri. Pengaruh kebijakan kontroversial Trump memang mengambil andil besar. Salah satunya, Lori. Ibu dua anak dari Edmonton, Alberta, Kanada, itu rutin mengunjungi Twin Cities di Minnesota.
Setelah Trump melayangkan Muslim Ban, anak-anaknya melarang sang ibu untuk perpergian. ”Untuk anak lelaki pertama saya, itu adalah kemarahan. Sebagian besar temannya adalah imigran, anak-anak imigran, dan sebagian lainnya Muslim,” katanya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)