Kuala Lumpur – Keharmonisan antara Korea Utara (Korut) dan Malaysia yang sudah terjalin sejak 1973 kini terguncang. Hubungan diplomatik kedua negara memanas sejak kasus pembunuhan kakak tiri pimpinan Korut, Kim Jong-un, Kim Jong-nam mencuat.
Hal tersebut adalah Buntut dari ketegangan pengusiran duta besar (dubes) satu sama lain. Tak hanya itu, Korut mengeluarkan kebijakan yang ‘seolah’ menyandera warga Malaysia dan begitupun sebaliknya.
Hingga kini masih belum ada titik terang bagaimana kedua negara akan menyelesaikan perseteruan mereka. Namun, Pengamat Hukum Internasional dari Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto menyebut, Malaysia harus berhitung kembali jika ingin berhahadapan dengan Korut.
“Kedua negara ‘kan sama-sama bersikeras, seperti saling usir dubes. Tapi Malaysia berhitung tidak, tengah berhadapan dengan siapa? Kalau sesuai hubungan internasional, tindakan Malaysia membalas Korut sih sah-sah saja. Tapi mereka harus berhitung kembali siapa yang sedang dihadapi. Pimpinan Korut itu otoriter dan bisa bertindak implusif,” ujar Hikmahanto pada Rabu (15/3/2017).
Hikmahanto sendiri tidak bisa memprediksi penyelesaian sengketa Malaysia -Korut. “Pasalnya, sebagai negara tertutup, pergerakan dan sikap Korut sulit ditebak,” tukasnya.
Pemerintah Malaysia beberapa waktu lalu mengumumkan rencananya untuk menggelar pertemuan dengan Korut sebagai upaya penyelesaian pertikaian.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman mengatakan Korut juga telah siap untuk memulai negosiasi. Namun, hingga kini belum diketahui apa hasil pertemuan kedua negara. Malaysia sendiri diketahui sebagai salah satu dari sedikit negara yang menjaga hubungan baik dengan Korut. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)