Istanbul – Dua jenderal besar negara adidaya yang sering berbeda haluan, Amerika Serikat dan Rusia, kini duduk dalam satu meja untuk membicarakan satu tujuan yakni memerangi kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah.
Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford dan Kepala Staf Umum Militer Rusia Jenderal Valery Gerasimov bertemu di Kota Antalya, Turki, bersama dengan Kepala Staf Militer Turki Jenderal Hulusi Akar pada Selasa (7/3/2017).
Dilansir dari Agence France-Presse, Rabu (8/3/2017), pertemuan tiga jenderal tersebut membicarakan krisis di Suriah yang terus terjadi dalam enam tahun terakhir ini. Termasuk di antaranya yakni memerangis kelompok ISIS, dimana Turki juga terlibat di dalamnya.
Turki, Rusia, dan AS sedang berperang melawan ISIS, meskipun mereka mendukung pihak yang berbeda. Masalah kemudian terjadi ketika milisi Kurdi Suriah, oposan Turki, ikut bergabung melawan ISIS.
Sebelumnya, Turki telah mengumumkan bahwa target mereka berikutnya adalah Suriah, tepatnya kota Manbij, yang sekarang dikuasai oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang didominasi pejuang Kurdi, yang didukung AS.
Kota Manbij sendiri telah dikuasai SDF sejak tahun lalu ketika berhasil memukul mundur ISIS. Namun baru-baru ini terjadi bentrok dengan pasukan yang mendapat dukungan Turki.
“Masalah umum yang berkaitan dengan keamanan regional, khususnya di Suriah dan Irak, itulah yang sedang dibahas pada pertemuan tersebut,” kata militer Turki dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi bahwa pertemuan tersebut dilakukan untuk mendiskusikan masalah keamanan di Suriah dan Irak karena banyak negara yang terlibat di sana.
Dalam sebuah wawancara di televisi, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan, Suriah perlu mengalahkan semua kelompok teroris termasuk Al-Nusra, milisi Kurdi Suriah, dan kelompok jihad ISIS.
“Tujuan dari pertemuan hari ini dan besok (Rabu) adalah bagaimana melakukan koordinasi dengan cara yang sebaik mungkin dan mencegah campur para pihak dalam masing-masing operasi, yang menyebabkan terjadi hambatan dalam perang melawan kelompok teror,” kata Yildirim.
“Tentu saja semua elemen teror adalah ancaman umum, merusak perdamaian, dan (kemungkinan) merusak solusi politik di Suriah,” katanya.
“Tidak masuk akal untuk memulai operasi di Manbij tanpa kerjasama dari Rusia dan AS,” tambah Yildirim.
(samsul arifin – www.harianindo.com)