Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan bahwa utang Indonesia yang semakin naik jumlahnya pada beberapa tahun terakhir ini disebabkan karena Indonesia mengalami pelebaran defisit anggaran sejak 2011 lalu.
“Defisit (anggaran) ada implikasi, yaitu utang,” ujar Sri Mulyani saat membuka acara seminar tentang defisit anggaran di Gedung DPR, Jakarta, Senin (20/2/2017).
Bahkan menurut Sri Mulyani, defisit anggaran pada tahun 2016 mencapai 2,46 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau mencapai Rp 307 triliun.
Defisit negara sendiri terjadi bila penerimaan negara lebih kecil dari belanja negara. Hal ini bisa terjadi karena lesunya pasar ekspor-impor hingga menurunnya penerimaan pajak negara.
Untuk mengatasinya maka pemerintah mau tidak mau harus menutupinya dengan utang agar apa yang telah disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat terpenuhi.
Menurut catatan, hingga Desember 2016, utang Indonesia telah mencapai Rp 3.466,96 triliun, atau naik Rp 301,83 triliun dibanding tahun 2015.
Namun demikian, Sri Mulyani menyatakan keuangan Indonesia masih relatif aman karena rasio utang hanya mencapai 28 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal ini bisa dibandingkan dengan negara Jepang yang rasio utangnya mencapai 245 persen dari PDB. Begitu juga Yunani yang mencapai 200 persen.
(samsul arifin – www.harianindo.com)