Jakarta – Pembunuhan terhadap Kim Jong-Nam, kakak tiri pemimpin diktator Korea Utara, Kim Jong-Un di Bandara Internasional Kuala Lumpur beberapa hari lalu menimbulkan beberapa spekulasi terkait motif dari pembunuhan tersebut.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea, Teguh Santosa, mencoba untuk memaparkan motif di balik insiden pembunuhan Kim Jong-Nam.
Menurut Teguh, motif yang pertama adalah tindak kriminal murni.
“Mengingat profil Kim Jong-nam yang dalam berbagai pemberitaan media dalam dan luar negeri disebutkan sebagai pria yang gemar bertualang dengan paspor palsu, gemar main perempuan, gemar berjudi, dan sering buat kisruh. Tingkat validitas teori ini kuat,” kata Teguh, Sabtu (18/2/2017).
Motif kedua menurut Teguh adalah teori pembunuhan politik varian A, dimana otaknya adalah pihak Korea Utara sendiri. Alasannya bisa karena Kim Jong-Nam dianggap sebagai pemberontak dan dapat membahayakan pemerintahan Kim Jong-Un.
“Tingkat validitas teori ini lemah. Kelemahan utamanya terletak pada keterlibatan dua wanita non-Korea Utara sebagai eksekutor. Pihak Korea Utara sangat tertutup dan sulit melibatkan pihak lain apalagi untuk operasi seperti ini,” terang Teguh.
Sedangkan motif ketiganya yaitu teori pembunuhan politik varian B, dimana dalangnya adalah pihak di luar Korea Utara dengan tujuan untuk menyudutkan Korea Utara.
“Tingkat validitas teori ini sangat kuat. Ada kemungkinan kedua eksekutor adalah bagian dari operasi atau bisa juga diarahkan dan didesain sehingga melakukan pembunuhan,” ujar Teguh yang juga menjadi Dosen Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lokasi pembunuhan yang terjadi di Bandara Internasional Kuala Lumpur yang sangat ramai semakin menguatkan teori motif ketiga ini dengan tujuan agar kasus tersebut di blow up media dan menjadi kasus besar.
Seperti diketahui, Kim Jong-Nam dibunuh di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur 2, Senin (13/2/2017) pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat saat akan menuju ke Macau.
Pelaku pembunuhan yang diketahui adalah dua orang wanita dengan cara memerciki wajah korban dengan cairan kimia.
(samsul arifin – www.harianindo.com)