Jakarta – Aksi Bela Ulama bukan salah satu bentuk makar. Terlebih anti-Kebhinekaan dan anti-Pancasila. Hal tersebut ditegaskan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Riqiez Shihab. Dia mengimbau pemerintah memiliki pandangan seperti itu.
Menurutnya dirinya bersama dengan umat Islam yang lain sangat mencintai Indonesia. Tidak pernah terbesit untuk mengadu domba umat dengan yang lainnya.
“Saya pesan, jangan sekali-kali dimaknai aksi kami makar, anti-NKRI, anti-Pancasila. Demi Allah kami cinta NKRI yang berdasar UUD 1945 dan Pancasila,” ujar Rizieq di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (11/2/2017).
Menurut Habib Rizieq, ketika aksi 2 Desember 2016 atau 212 lalu, jutaan umat berkumpul di Monas, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga ikut bersama dengan masyarakat melakukan salat Jumat berjamaah di tengah guyuran hujan.
Hal tersebut jelas membuktikan kalau umat Islam mencintai Bhineka Tunggal Ika dan tidak anti terhadap. “Kalau aksi itu tidak dimaknai Bhineka Tunggal Ika justru kita bertanya aksi mana yang Bhineka Tunggal Ika?,” tanyanya.
Karena itu, umat Islam yang telah menujukan Kebhinekaan, dan tidak seperti apa yang dituduhkan. Harusnya pemerintah merangkul. “Umat mesti dicinta bukan dinista, harus disayang bukan ditendang, harus dirangkul bukan dipukul,” tuturnya.
Baca juga: Berstatus Terdakwa, Ahok Sehrusnya Diberhentikan Sementara sebagai Gubernur
Sementara itu, Habib Rizieq juga meminta kepada masyarakat dan umat Islam terus berjuang menegakan keadilan, agar Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bisa dihukum penjara. Pasalnya dia telah melakukan dugaan penistaan agama dan penghinaann terhadap Ketua MUI Ma’ruf Amin.
“Tidak boleh mundur selangkah pun dalam memperjuangkan kalimat Allah kita harus bela agama,” ungkapnya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)