Jakarta – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mengalami penurunan elektabilitas yang cukup signifikan pasca Debat Pilkada DKI kedua pekan lalu.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha yang mengatakan bahwa elektabilitas Agus-Sylvi turun lebuh dari empat persen.
“Elektabilitas Agus-Sylvi mengalami penurunan cukup signifikan yaitu 4,50 persen,” kata Hanta di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (1/2/2017).
Pada survei Poltracking Indonesia periode tanggal 9 sampai 13 Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi mencapai 30,25 persen. Namun pada periode 24 sampai 29 Januari 2017, turun menjadi 25,75 persen.
Menurut Hanta Yudha penurunan elektabilitas Agus-Sylvi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama karena efek kejut dari pasangan ini sudah mulai memudar.
“Paslon nomor 1 itu kan hadirnya ada efek kejutnya. Efek itu secara psikologi membuat elektabilitas naik,” ujar Hanta.
Karena mulai memudar, maka pemilih kini lebih melihat pasangan ini dari program-program yang disampaikan mereka.
Faktor yang kedua adalah karena kasus hukum yang kini tengah dialami oleh Sylviana Murni.
“Tapi kalau ditanya dampaknya sebesar apa, tentu harus diteliti lagi,” ujar Hanta.
Seperti diketahui saat ini Sylviana tengah menghadapi dua masalah hukum, yaitu soal dugaan korupsi pembangunan Masjid Al-Fauz di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat saat Sylviana masih menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Pusat, dan kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan dana hibah dari Pemprov DKI Jakarta kepada Kwarda Pramuka DKI Jakarta tahun anggaran 2014 dan 2015.
Dan alasan ketiga karena penampilan Agus-Sylviana dalam debat cagub dan cawagub kurang baik.
“Performa debat nomor 1 relatif rendah dilihat dari cara berkomunikasi, penguasaan masalah, dan program,” ujar Hanta.
Menurut survei, pasangan Agus-Sylvi memperoleh penilaian performa paling rendah, yaitu 18,38 persen. Anies Baswedan-Sandiaga Uno mendapatkan 26,25 persen, sedangkan Basuki-Djarot memperoleh 28,63 persen. Sisanya, sebanyak 26,74 persen responden, menjawab tidak tahu.
Dalam penilaian cara berkomunikasi, Agus-Sylvi mendapat nilai 15,50 persen, Ahok-Djarot 24,75 persen, dan Anies-Sandi paling tinggi dengan mendapat 27,63 persen. Sementara itu, sebanyak 32,12 persen responden, menjawab tidak tahu.
Dari segi penguasaan masalah, Agus-Sylvi hanya mendapat 12 persen, Ahok-Djarot 33,38 persen, dan Anies-Sandi 21.50 persen. Sementara, 33,12 persen responden menjawab tidak tahu.
Sedangkan dari segi program kerja, Agus-Sylvi juga mendapatkan nilai yang paling rendah yaitu mendapatkan 15 persen, Ahok-Djarot 31,63 persen, dan Anies-Sandi 21,38 persen. Sedangkan yang menjawab tidak tahu ada 33,99 persen.
“Jadi karena memang efek kejutnya sudah berkurang, publik kini membedah program dan aspek lain yang tampak dalam debat itu,” ujar Hanta Yudha.
(samsul arifin – www.harianindo.com)