Washington – Donald Trump mendeklarasikan moratorium program penampungan pengungsi kemarin. Rencananya, pembekuan program itu berlangsung selama empat bulan.

Presiden AS Donald Trump
Selain itu, dia menghentikan sementara penerbitan visa untuk warga dari tujuh negara Islam. Yakni, Syria, Iraq, Iran, Sudan, Libya, Somalia, dan Yaman. Itu menjadi langkah awal AS menuju penerapan aturan imigrasi yang lebih ketat.
’’AS melarang seluruh pengungsi dari Syria masuk wilayahnya,’’ bunyi draf keimigrasian baru versi Trump.
Untuk enam negara yang lain, pembekuan itu berlangsung selama empat bulan. Dalam masa itu, AS bakal menyusun daftar negara-negara muslim, mulai yang berisiko tinggi menghasilkan teroris sampai yang paling tidak berisiko.
Terkait dengan kebijakan tersebut, Trump memberikan waktu 90 hari kepada Pentagon untuk merancang pembangunan zona aman alias zona suaka di dekat Syria. Nanti warga sipil yang ingin menghindari kecamuk perang bisa berlindung di zona aman tersebut tanpa harus hijrah ke Eropa atau Amerika. Zona aman itu bakal menjadi semacam tempat penampungan bagi para pengungsi.
Baca juga: Trump Persempit Ruang Imigran Muslim untuk Masuk ke Amerika
Sebagaimana diberitakan ABC News pada Sabtu (28/1/2017), Trump mengatakan bahwa larangan masuk bagi pengungsi asal Syria dan negara-negara Islam lainnya bersifat wajib. Sebab, dunia sudah tidak aman. Teror bisa muncul kapan pun dan di mana pun. Tapi, dia membantah tuduhan antimuslim meski semua negara yang masuk daftar larangannya adalah negara-negara Islam.
’’Bukan, ini bukan larangan (negara-negara) muslim, tapi lebih pada negara-negara yang berpotensi menciptakan teror,’’ lanjutnya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)