London – Para anggota parlemen Inggris mendesak Perdana Menteri Theresa May untuk mendebat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai perubahan iklim saat keduanya bertemu.
Perjanjian Paris yang disepakati dua tahun lalu itu dianggap sebagai “lelucon” oleh Trump. Padahal, perjanjian Paris itu merupakan komitmen negara dunia mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
“Sebagai salah satu penyumbang polusi terbesar dunia, kebijakan (Trump) kelak akan menentukan masa depan upaya warga dunia mengurangi dampak perubahan iklim,” kata Komite Audit Lingkungan parlemen Inggris sebagaimana diberitakan Reuters pada Sabtu (28/1/2017).
May merupakan kepala negara asing pertama yang menemui Presiden AS itu, Jumat, (27/1/2017).
Pertemuan keduanya diperkirakan lebih banyak membahas isu perdagangan.
Ketua Komite Audit Lingkungan, Mary Creagh, mengatakan May dapat menggunakan pertemuan itu untuk menunjukkan komitmen Inggris menanggulangi perubahan iklim.
Baca juga: Keluarkan Larangan Visa untuk Warga Muslim, Iran Layangkan Kecaman kepada Trump
“Perdana Menteri mengatakan ia tidak takut mendebat Presiden baru AS. Kemungkinan ia akan memulai diskusi dengan mengatakan, perubahan iklim bukan informasi sesat,” kata Creagh.
Sebelumnya peneliti mengingatkan, suhu Bumi mesti dijaga agar tidak berujung pada dampak perubahan iklim yang parah.
Dampak perubahan iklim yang dimaksud antara lain termasuk banjir, kekeringan, dan peningkatan ketinggian permukaan air laut. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)