Jakarta – Kata Fitsa Hats yang muncul di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atas nama Habib Novel yang menerangkan tempat dimana Novel pernah bekerja di sana pada tahun 1992-1995 jadi ramai dibicarakan di media sosial.
Menurut Pakar Deteksi Kebohongan, Handoko Gani MBA BAII, jika memang terjadi kesalahan pengetikan oleh polisi seharusnya pembicara memeriksanya terlebih dahulu sebelum menandatanganinya.
Selain itu, menurut teori statement valadity analysis, kesalahan penulisan saat menyusun BAP adalah hal yang tidak perlu dipermasalahkan, namun justru pengecekan yang berperan penting.
“Dalam kasus ini yang menjadi tanda tanya adalah, apakah sudah dicek Pizza Hut menjadi Fitsa Hats? Jawabannya, saya rasa ada unsur, maaf, keteledoran dari pembicara. Tidak melakukan cek and ricek terhadap materi,” katanya dikutip dari salah satu video di channel Youtube pribadinya pada Rabu (4/1/2017).
Analisa dari Handoko ini juga sekaligus untuk menjawab dua pertanyaan penting. Yang pertama, apakah pernyataan itu jujur atau bohong.
Kedua, apakah benar pembicara pernah bekerja di Pizza Hut?
“Pertama, soal apakah betul pernyataan itu benar-benar disampaikan? Saya yakin betul,” kata Handoko.
“Apakah betul bahwa pembicara pernah bekerja di sana (Pizza Hut yang kemudian menjadi Fitsa Hats)? Ini harus ditelaah lebih dalam lagi. Bagaimana dengan masalah lafal yang berbeda antara Pizza Hut dan Fitsa Hats? Tidak masalah juga, yang penting maknanya sama. Artinya, bisa jadi, memang pembicara pernah bekerja di sana, jadi bukan pernyataan bohong,” tambah Handoko.
(samsul arifin – www.harianindo.com)