Jakarta – Aksi Demo bela Islam II yang dilakukan oleh sejumlah ormas dan diprakarsai oleh Front Pembela Islam (FPI) yang terjadi pada (4/11/2016) lalu, memang diikuti oleh ratusan ribu umat muslim. Mereka menyuarakan aspirasinya untuk menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait kasus dugaan pelecehan Agama.
Bahkan, aksi tersebut akan kembali digelar pada tanggal (2/12/2016). Digadang-gadang bahwa aksi tersebut akan kembali diikuti oleh lebih banyak massa daripada aksi yang sebelumnya. Namun, seseorang bernama Alifurrahman justru menilai aksi tersebut massa nya akan lebih sedikit dibanding yang sebelumnya. Pasalnya, ia menilai bahwa masyarakat mulai sadar karena telah dimanfaatkan oleh FPI. Ia mengatakan hal tersebut dalam sebuah tulisan yang disampaikannya di salah satu blog.
Beginilah isi dari tulisan Alifurrahman yang dikutip dari blognya :
“Saat kasus soal Ahok mencuat, saya termasuk yang paling keras menyatakan bahwa itu bukan kasus menistakan agama. Sikap saya juga sangat keras menolak siapapun yang ingin lakukan demo dan menggelar aksi Bela Islam. Tak peduli itu kyai, ustad atau teman-teman dekat yang saya kenal. Kalau mereka mau demo, maka sejak saat itu mereka adalah lawan saya. Titik.
Sikap keras ini memang kemudian menimbulkan tanda tanya, bahkan sebagian orang mencaci maki. Saya biarkan saja, sebab saya sangat paham bahwa mereka tidak tau tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan politisi negeri ini. Jadi saya ikhlas dicaci.
Saya memilih keputusan idealis seperti ini karena saya paham bahwa kalau negeri ini bermasalah, maka seluruh keluarga besar rakyat Madura juga akan bermasalah. Sementara pulau eksotis ini masih belum siap untuk mandiri jika terjadi perpecahan.
Bagi saya pribadi, terlalu mudah untuk pindah ke tempat lain, atau bahkan menetap di luar negeri jika negeri ini rusuh. Toh saya pernah menetap di Malaysia selama 4 tahun. Tak susah bagi saya untuk beradaptasi.
Tapi, ini soal yang lebih besar, keutuhan NKRI. Saya masih bermimpi Madura bisa semaju Jakarta. Masih punya mimpi agar anak-anak saya nanti punya negara yang aman, damai, tentram dan maju bernama Indonesia. Dan demi itu semua, saya diam saat dicaci. Bersabar saat diintimidasi.
Apalagi saat dituduh buzzer bayaran, duuh. Jujur saja saya sudah sampai di titik dibayar untuk diam, bukan dibayar untuk menulis. Kalau saya mau uang, cukup diam dan tak menulis apapun yang mendukung Ahok. Tapi saya memilih untuk tetap menulis, lalu membiarkan apapun yang ingin orang katakan. Sebab ini bukan soal Ahok, melainkan posisi Presiden, makar dan ancaman rusuh yang berkepanjangan. Kalau negeri ini rusuh, kita semua yang susah. Sementara setan-setan politiknya akan punya kekuasaan tanpa perlu jalur demokrasi.
Sekarang, suasana sudah semakin kondusif. Saya jadi tak perlu terlalu keras lagi, alhamdulillah. Mayoritas orang sudah sadar bahwa niat mereka membela Islam ternyata ditunggangi aktor politik. Niat mereka membela Islam atau menuntut Ahok diperiksa, kini disadari bahwa orang lain ada yang menggunakannya untuk melengserkan Presiden.
Sekarang semua orang dari kalompok Muslim ikhlas yang terprovokasi ikut demo, menyadari bahwa ini bukan soal kasus penistaan agama. Mereka yang datang dengan ikhlas dan dana pribadi, kini sebagian sudah sadar bahwa sebenarnya aksi tersebut didanai oleh politisi busuk yang ingin lengserkan Jokowi.
Kelompok Muslim ikhlas ini juga pasti sudah mulai muak dengan FPI dan kelompok orang yang maksa tetap turun ke jalan meski Ahok sudah jadi tersangka. Semakin ada kelompok yang ngotot, semakin membuat muak Muslim ikhlas. Sementara FPI punya kepentingan untuk menggerakkan massa.
Ancaman rusuh dan makar juga sudah mereda karena semakin banyak orang sadar. Apalagi mereka kelompok makar ini menyerukan aksi rush money, tarik uang dari bank supaya Indonesia krisis, makin banyak yang sadar bahwa aksi ini bukan cara-cara Islam.
Ahok meminta maaf lagi
Luar biasanya, saat suasana panas sudah mereda dan ancaman demo juga hampir tidak mungkin lagi terjadi, Ahok malah meminta maaf lagi kepada masyarakat atas semua keributan yang megancam pada perpecahan NKRI.
Sikap Ahok ini pasti akan jadi nilai positif di kalangan Muslim non kepentingan. Sementara di sisi lain FPI dan yang secingkrangan dengannya terus mencari alasan baru untuk lakukan demonstrasi.
Sebagai rakyat biasa dan waras, saya mendukung FPI untuk terus ngotot. Sementara Ahok tetap tenang seperti Presiden Jokowi. Karena dengan begitu, maka FPI akan jadi bumerang mematikan yang akan menghabisi peluang Agus Sylviana.
Baca Juga : Soal Kasus Ahmad Dhani, Polisi Akan Panggil Habib Rizieq dan Amien Rais
Terakhir, cara-cara Tuhan melindungi negeri ini memang sangat unik. Siapa yang sangka kalau dalam waktu sekejap semuanya seperti sudah selesai. Padahal 4 November lalu kita semua tau bahwa ancaman perpecahan benar-benar di depan mata, sementara untuk menjelaskan ke semua orang yang terprovokasi sudah sangat tidak mungkin.
Tapi sekarang masa-masa krisis itu sudah berlalu. Presiden tetap tenang, sementara FPI dan provokator jadi semakin terlihat munafiknya. Semoga nanti saat kasus Ahok ini disidangkan secara live, masyarakat jadi semakin mengerti pokok masalahnya.
Begitulah kura-kura.”
(bimbim – www.harianindo.com)