Jakarta – Walaupun ajang pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta masih sekitar 5 bulan lagi, antusiasme masyarakat serta suhu politik di Ibu Kota kian menghangat. Geliat komentar pendukung tiga pasangan calon, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) – Djarot Saiful Hhidayat, Agus Harimurti Yudhoyono – Sylviana Murni, dan Anies Baswedan – Sandiaga Uno, semakin banyak di media sosial.
Taufik Damas selaku kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) Jakarta menjelaskan, hal itu menunjukkan antusiasme masyarakat yang cukup tinggi dalam menyambut pilgub Jakarta.
“Tentu ini sangat positif. Masyarakat memang harus melek politik. Dukung-mendukung itu soal biasa, meski waktu kampanye belum dimulai. Saya hanya mengajak masyarakat untuk tetap jernih dalam menentukan pilihan,” ujar Taufik Damas yang juga Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta di Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Menurutnya, tiga pasangan calon (paslon) sama-sama baik. Hanya saja dia menegaskan, Ahok masih yang terbaik saat ini, karena telah teruji.
“Tiga paslon baik semua. Tetapi, saya melihat Ahok masih yang terbaik. Dia sudah terbukti. Dia tegas, bernyali, dan kerjanya cepat. Saya melihat Ahok itu sangat tulus dalam bekerja. Dia tidak peduli dengan opini yang membuat dia tidak populer. Karena, yang penting adalah kerja untuk kebaikan Ibu Kota dan warganya. Ini luar biasa,” ujar alumni Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, itu.
Taufik juga tidak menampik jika tiga paslon memiliki kelebihan masing-masing. Namun, dia menegaskan, kelebihan fundamental yang ada pada Ahok yang harus dipahami oleh masyarakat.
“Kelebihan fundamental yang ada pada Ahok adalah ketegasan dan keberaniannya melawan penyimpangan. Dia tak peduli berhadapan dengan mafia. Semua berjalan sesuai aturan yang benar,” ujarnya.
Dirinya juga memuji integritas dan semangat transparansi yang terus digelorakan Ahok selama memimpin Jakarta. Dengan demikian, akan banyak uang negara yang dapat diselamatkan. Uang negara itu digunakan sesuai aturan dasar kenegaraan, yaitu sebesar-besarnya untuk kemaslahatan masyarakat dalam bentuk berbagai program.
“Ini yang harus dipahami oleh masyarakat secara jernih,” ujarnya.
Ketika ditanya, apakah calon yang lain mampu menjadi seperti Ahok, Taufik menjawab seharusnya mampu. Karena, prinsip-prinsip kepemimpinan yang ada pada Ahok itu yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
“Calon yang lain, saya kira memiliki kemampuan seperti itu dan memang seharusnya seperti itu. Tetapi, mereka belum terbukti dan teruji. Misalnya, Anies Baswedan. Dia santun, intelektual, dan tutur-katanya bagus. Namun, untuk menjadi gubernur tidak cukup hanya syarat itu. Begitu juga Agus Harimurti, yang dianggap muda, mantan tentara, dan santun. Tetapi, sama juga, belum terbukti kemampuannya mengurus Jakarta,” kata Taufik.
Menurutnya, soal kesantunan merupakan hal yang penting. Namun, dia berharap agar masyarakat tidak berpikir terlalu sederhana dalam hal ini. “Kesantunan itu sangat penting. Tetapi masyarakat jangan menyederhanakan persoalan. Jangan berpikir bahwa dengan kesantunan soal kemimpinan menjadi baik semua. Belum tentu. Apalagi, banyak kesantunan yang menipu. Santun tetapi korupsi. Itu melelahkan. Memimpin Jakarta ini memang harus marah. Kalau tidak marah, berarti tidak kerja. Soal gaya marah, itu bergantung pada tabiat masing-masing individu dan tidak ada yang salah dengan tabiat lahiriah setiap orang,” tegas Taufik. (Yayan – www.harianindo.com)