Jakarta – Tiga bakal pasangan calon gubernur beserta wakil gubernur telah resmi mendaftarkan diri untuk bersaing pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada Februari 2017. Mereka ialah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Beragam tanggapan pun disampaikan oleh warga Ibu Kota terhadap ketiga pasangan yang akan memperebutkan simpati masyarakat tersebut.
Rista Diana, mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta, menuturkan dirinya realistis dalam memilih calon pemimpin ibu kota negara. Perempuan 21 tahun tersebut cenderung memilih figur pasangan yang sudah tampak hasil kerjanya.
“Saya nggak mau keliru. Saya pilih pasangan yang sudah membuktikan semua rencananya, bukan pasangan baru yang coba-coba menawarkan gagasan. Bagi saya, Pak Ahok berhasil membuat Jakarta nggak dilanda banjir besar lagi, puluhan taman dibenahi, trotoar dibuat nyaman bagi pejalan kaki, bantaran sungai ditata rapi, dan warga yang digusur ditempatin di rumah susun. Pak Ahok itu tinggal dikalemin aja, jangan kebanyakan teriak,” kata perempuan yang tinggal di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan, Senin (26/9/2016).
Senada dengan Tri Nugroho. Warga Matraman, Jakarta Timur, itu angkat topi dengan sikap keras Ahok terhadap PNS di lingkungan Pemprov DKI yang dinilai wanprestasi.
“Berapa PNS dimutasi karena malas dan dipecat karena korupsi? Kini, PNS tidak semaunya melayani warga. Imbalannya gaji PNS dinaikin. Warga bisa berobat gratis dan semua anak sekolah tidak dipungut bayaran. Warga Jakarta pintar kok. Mereka pilih (pemimpin) yang sudah jelas kerjanya,” ujar pegawai berusia 28 tahun tersebut.
Septriadi, guru di Kemayoran, Jakarta Pusat, mengakui kota sekelas Jakarta tidak bisa dipimpin figur pasangan yang mendadak.
“Jangan sampai program yang berjalan bagus lalu vakum. Kasihan warga Jakarta kalau dapat pemimpin yang malah tidak bekerja apa-apa,” kata Septriadi.
Namun, di mata pengendara ojek daring Joko Ismoyo, Ahok belum berhasil mengurai kemacetan lalu lintas yang cenderung parah.
“Bus dan kereta ditambah lalu ada kebijakan ganjil-genap. Tetapi berapa persen pemilik mobil mau naik kendaraan umum? Proyek MRT dan LRT selesai pun belum menjamin Jakarta bebas macet,” ungkap Joko yang mendambakan sosok Agus Harimurti kelak memimpin Jakarta karena dinilai mampu bertindak taktis. (Yayan – www.harianindo.com)