Surabaya – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) membacakan sebuah puisi kemerdekaan pada saat acara rekonstruksi peristiwa sejarah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato (saat ini bernama Hotel Mojopahit) Jalan Tunjungan, Surabaya, Senin (19/9/2016). Acara tersebut dikemas dengan teatrikal peristiwa perobekan bendera Belanda dari warna merah-putih-biru (triwarna) menjadi merah putih.
Acara tersebut dimulai dengan teatrikal yang diperankan oleh sekelompok seniman teater, di antaranya kelompok Roodenbrug Surabaya dan sejumlah kelompok teater lainnya. Aksi itu memukau para undangan dan warga yang hadir di acara tersebut. Itu adalah simbol bagaimana rakyat merebut kemerdekaan.
“Lo jangkrik diganti gendero-e (benderanya), gak terimo aku (tidak terima saya),” ucap salah satu dialek dalam teatrikal saat para serdadu Belanda yang konvoi dengan dua mobil Jeep mendatangi gedung hotel Yamato.
Pada rekontruksi tersebut, para seniman juga memainkan adegan panjat gedung dengan menggunakan tangga bambu untuk merobek bendera merah putih biru (simbol negara Belanda) di atas gedung hotel Yamato. “Merdeka, merdeka, merdeka,” teriak para pejuang usai merobek bendera biru menjadi merah dan putih.
Usai perobekan, Risma langsung bersuara membawakan puisi kemerdekaan.
“Surabaya tidak mau dijajah oleh bangsa manapun. Untuk itu, kita harus lawan penjajah yang ingin menguasai Surabaya. Merdeka! merdeka! merdeka!” pekik wali kota di atas panggung upacara yang didirikan di depan Hotel Mojopahit.
Rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November 2016 itu diikuti oleh 2.000 pelajar dan berbagai kelompok komunitas masyarakat. Mereka menggunakan pakaian pejuang dan berbaur dengan para pejabat di lingkungan Pemkot Surabaya. (Yayan – www.harianindo.com)