Washington – Percobaan kudeta di Turki yang terjadi pada Kamis (14/7/2016) malam waktu setempat, menurut mantan pejabat Pentagon, Harold Rhode, adalah upaya rekayasa yang dilakukan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan Timur Tengah.
Menurut Harold Rhode, kepercayaan masyarakat terhadap presiden berusia 62 tahun ini jatuh saat pemulihan hubungan antara Turki dan Rusia serta Israel. Pemimpin Partai AKP ini kehilangan muka akibat dua peristiwa penting itu.
“Menyerah kepada Rusia dan Israel demi memperbaiki hubungan adalah hal yang memalukan baginya di mata warga Turki dan orang-orang Timur Tengah,” ujar Rhode, seperti dimuat Jerusalem Post, Senin (25/7/2016).
Rekayasa kudeta yang akhirnya dimenangkan oleh Erdogan ini membuat kepercayaan masyarakat kepada Erdogan pulih kembali. Begitu juga negara Timur Tengah menganggap hal itu sebagai kemenangan Erdogan.
“Mungkin saja Erdogan merekayasa dan kemudian menundukkan upaya kudeta sehingga dia bisa mengembalikan kehormatan. Turki memiliki kecenderungan untuk melihat diri mereka sebagai kekuatan penting di dunia atau paling lemah, tergantung fluktuasi,” jelas Rhode.
“Turki adalah tanah konspirasi, bahkan di antara warga yang mengenyam pendidikan tinggi. Konspirasi adalah bagian dari mentalitas fatalisme umum di Turki dan lebih luas di Timur Tengah. Fatalisme Sunni meyakini bahwa Allah menentukan segala sesuatu dan tidak ada satu orang pun yang mampu mengubah keadaan jika Allah berkehendak,” ujarnya.
Namun demikian, Erdogan sendiri membantah tudingan bahwa kudeta tersebut adalah rekayasa dirinya karena ia menganggap adalah sebuah hal yang tidak mungkin bagi dirinya untuk mengorbankan nyawa ratusan orang hanya demi sebuah rekayasa.
(Samsul Arifin)