Ankara – Turki bukan negara Islam. Hal tersebut diungkapkan Presiden Turki Zagreb Recep Tayyip Erdogan. Dia pun secara tegas menolak hal tersebut. Pihaknya menyampaikan pernyataan itu saat kunjungan ke ibu kota Kroasia, Zagreb, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, Erdogan menegaskan bahwa hak dan kebebasan seluruh agama dilindungi. Hal tersebut diungkapkan saat wartawan bertanya tentang konstitusi baru akan menekankan Islam. Sebab, di Turki, 99 persen populasi merupakan muslim.
”Jika saya sebagai Muslim bisa hidup seperti yang saya inginkan maka seorang Kristen dapat melakukannya juga. Hal yang sama berlaku untuk orang-orang Yahudi dan juga untuk ateis,” ujar Erdogan sebagaimana diberitakan Daily Sabah.
Sebelumnya, Kahraman telah memicu kemarahan pada 25 April 2016 lalu, dengan menyarankan bahwa prinsip sekularisme “harus dihapus” dari konstitusi Turki.
”Sebagai negara Muslim, mengapa kita harus berada dalam situasi di mana kita mundur dari agama? Kita adalah sebuah negara Muslim. Jadi kita harus memiliki konstitusi agama,” katanya.
Namun menurut Erdogan, pernyataan Kahraman yang merupakan senior dalam tubuh Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party) – partai penguasa Turki, hanya merepresentasikan pendapat pribadi. Bukan pendapat partai maupun pemerintah. ”Kahraman hanya menyatakan pendapatnya pada debat konstitusi baru Turki,” ungkap Erdogan, seperti yang dilansir Hurryet Daily News.
Erdogan menekankan bahwa sekularisme adalah gagasan yang harus dipertahankan dan perdebatan tentang masalah ini hanya mengganggu agenda negara. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)