Jakarta – Migrain adalah salah satu jenis sakit kepala yang seringkali diderita oleh orang dengan usia 25 hingga 55 tahun.
Namun, lebih berat dari sakit kepala pada umumnya, migrain kadang disertai mual, muntah, dan rasa peka yang cukup tinggi terhadap cahaya dan suara.
Terdapat banyak faktor pencetus migrain, salah satunya obesitas atau kelebihan berat badan. Berikut, hasil penelitian yang menandakan adanya korelasi antara migrain dan obesitas seperti dilansir dari metrotvnews.com (Rabu, 18/5/2016).
1. Dalam tubuh manusia, ada dua jaringan lemak, yakni subkuntan dan visceral. kinerja dan jumlah jaringan tersebut dipengaruhi faktor usia dan jenis kelamin.
Kelebihan dari sel-sel lemak dalam tubuh menyebabkan inflamasi atau peradangan, termasuk migrain.
2. Sebuah penelitian menunjukkan, orang yang kelebihan berat badan memiliki 81 persen kemungkinan menderita migrain yang lebih besar dibanding mereka yang tidak. Jadi, obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya migrain.
3. Penderita migrain yang tidak mengalami kelebihan berat badan memiliki faktor risiko sebanyak 3 persen untuk mengembangkan migrainnya ke tingkat kronis. Sementara, mereka yang telah mengalami kelebihan berat badan, presentase untuk mengembangkan mingrain ke tingkat kronis meningkat hingga tiga kali lipat.
4. Orang yang mengalami kelebihan berat badan memiliki risiko terkena migrain 5 kali lebih banyak dari mereka yang memiliki berat badan normal.
5. Pasien yang menderita migrain memiliki tingkat kolesterol jahat (LDL), insulin, dan glukosa yang hampir sama dengan orang dengan kelebihan berat badan.
6. Hubungan antara migrain dan kelebihan berat dipengaruhi hormon-hormon yang dilepaskan hipotalamus otak dan juga sel-sel lemak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gaya hidup memberi pengaruh yang cukup besar. (Yayan – www.harianindo.com)