Jakarta – Hubungan asmara antara dua insan yang memiliki jarak usia cukup jauh bukanlah hal yang aneh. Namun, tidak sedikit yang gagal dalam mengarunginya. Perlu ada pemahaan mendalam terkait risiko dan kemungkinan-kemungkinan tak terduga yang bisa terjadi di hubungan beda usia.
Seperti dilansir dari metrotvnews.com (Senin, 9/5/2016), terdapat tujuh faktor yang kerap menjadi persoalan dalam hubungan beda usia.
1. Kedewasaan dan emosi
Memiliki pasangan yang terlalu muda akan membuat Anda berpikir ia tidak dewasa. Menganggap pasangan yang lebih muda adalah tidak dewasa tentu akan mengganggu hubungan. Coba untuk bisa menghargai pasangan, meski ia lebih muda.
2. Beda ketertarikan
Jarak usia yang jauh juga mengakibatkan perbedaan referensi dan preferensi. Mulai dalam cara menikmati hiburan, musik, film, atau hobi.
3. Merasa tak aman
Memiliki teman bergaul yang tak sama membuat salah satu pasangan merasa cemas dan curiga saat pasangan lain sibuk bercengkerama dengan teman-teman seumurannya.
4. Beban masa lalu
Usia yang lebih tua seringkali terbebani masa lalu, mulai dari persoalan cinta yang pahit yang pernah dialami, hingga masalah pribadi. Hal ini ikut memengaruhi jalannya hubungan. Mencoba lebih terbuka kepada pasangan, meski dia lebih muda, sangat penting. Membuat adanya perasaan “setara” di hubungan.
5. Vitalitas
Ini persoalan yang penting bagi pasangan suami-istri dengan jarak usia yang jauh. Istri yang jauh lebih muda tak jarang mempermasalahkan vitalitas sang suami. Lagi-lagi, komunikasi sangat penting dalam hal ini. Bukan tidak mungkin ketika saling terbuka, hubungan akan semakin dekat. Bahkan bisa berujung dengan aktivitas positif lain, misal berolahraga bersama dan saling menjaga pola makan agar vitalitas dan stamina terjaga.
6. Masalah kesehatan
Ini adalah masalah yang normal dalam hubungan usia jarak jauh. Butuh kesiapan mental untuk bisa menerima kondisi fisik pasangan yang menurun.
7. Pola pikir berbeda
Perbedaan pola pikir jelas memengaruhi dalam percakapan dan pemecahan masalah sehari-hari. Generasi yang tumbuh di era 1980-an tentu memiliki cara pandang yang beda dengan generasi yang tumbuh di era milenium. Perbedaan ini dapat diminimalisir dengan sikap terbuka menerima pandangan-pandangan yang berbeda. (Yayan – www.harianindo.com)