Jember – Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyebutkan bahwa denyut-denyut penyebaran radikalisme telah terasa di kalangan generasi muda Kabupaten Jember, Jawa Timur. Faham-faham keras tersebut bahkan sudah menyusup ke tengah siswa-siswa sekolah di kabupaten tersebut.
“Di Jember, paham keagamaan sangat dinamis. Apa yang tidak ada di Jember? Garis keras ada, radikal, liberal, semua ada. Kalau tidak hati-hati, ancamannya ke NKRI,” tutur Ketua MUI Jember, Ahmad Halim Subahar, sebagaimana dikutip dari Beritajatim.com, Jumat (5/2/2016).
Halim lantas menjelaskan bagaimana perkembangan faham radikal di Jember secara umum.
“Paham radikal di Jember sudah mulai masuk melakukan indoktrinasi kepada siswa. Di Jember memang belum ada penelitian khusus. Tapi kalau mengacu riset Maarif Institute, ternyata 48 persen remaja Indonesia menyetujui kekerasan dan paham garis keras. Kalau anak-anak SMP dan SMA sudah setuju, jelas ancamannya bukan hanya pada umat islam tapi NKRI. orang tidak bisa lagi berkehidupan berbangsa secara damai,” terang Halim.
Untuk mencegah semakin meluasnya indoktrinasi faham radikal, pihak MUI Jember pun mendukung pembentukan kader bela bangsa yang dicanangkan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Jember.
“Saya usulkan sasaran kader itu bukan hanya siswa sekolah umum, tapi juga siswa madrasah,” tandasnya.
Halim menilai bahwa dalam faham-faham radikalisme itu, persepsi jihad disempitkan menjadi perang. Padahal, ada banyak cara untuk berjuang di jalan Allah SWT, seperti amar ma’ruf, pengembangan pendidikan, penghormatan terhadap guru dan orang tua, dan menyampaikan nasihat kepada penguasa zalim.
“Selam ini persepsi jihad disempitkan jadi qital (perang), itu bahaya,” pungkasnya. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)