Jakarta – Tidak semua asisten pribadi (aspri) atau tenaga ahli yang dimiliki oleh anggota DPR RI memiliki kehidupan yang nyaman, mewah, atau bahkan glamor di tengah padatnya jadwal kerja mereka. Beberapa aspir dan staf ahli tersebut ada pula yang harus benar-benar mengatur pengeluaran mereka sehari-hari agar bisa “bertahan hidup” di Jakarta.
Salah satunya adalah Lidia Siskarini, aspri anggota DPR F-PDIP Henry Yosodiningrat. Ia mengaku sangat jarang nongkrong di cafe, dan lebih memilih kongkow di kantin Pujasera di Kompleks Parlemen, yang cenderung lebih “bersahabat” dengan kantong.
“Saya jarang ngumpul di cafe-cafe, paling di Pujasera. Jarang kalau di luar,” tutur Lidia kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2016).
Lidia, yang berasal dari Purwokerto, mengaku memiliki gaji yang hanya sebesar Rp 5 jutaan per bulannya. Pengeluaran terbesar yang harus dikeluarkannya per bulan adalah membayar kamar kos.
“Soalnya kebutuhan orang beda-beda. Kalau buat aku (gaji) cukup sih Alhamdulillah asal bisa manage. Kos per bulan Rp 1,5 juta. Kalau misal buat makan bisa di sini (di komisi),” terangnya.
Untuk pergi bekerja sehari-hari, Lidia pun hanya mengendarai sepeda motor. Sebagai aspri dari Henry Yosodiningrat, Lidia tidak mendapat tuntutan yang aneh-aneh selain disiplin, profesional, dan berpakaian rapi saat bekerja.
Meskipun gajinya tak seberapa untuk tingkat Jakarta, Lidia harus melalui proses yang cukup sulit ketika melamar menjadi aspri DPR RI. Ia harus melewati sejumlah tahapan yang seleksinya cukup ketat.
“Kalau saya wawancara ke anggota. Segala persyaratan harus sesuai ketentuan dari sekjen,” ucapnya. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)