Jakarta – Meski sudah dianggap ketinggalan zaman dan terlalu meniru kehidupan aristokrat, penggunaan pelayan pribadi masih kerap dilakukan oleh mereka yang berkantong tebal, terutama di wilayah Inggris. Dan ternyata, untuk menjadi pelayan pribadi juga tidak mudah, ada sekolah atau pendidikan khusus yang harus ditempuh seseorang agar bisa menjadi pelayan pribadi yang profesional.
“Ada sekitar 350 hingga 400 pelayan pribadi dilatih setiap tahunnya,” ujar Gary Williams, selaku Kepala Sekolah di British Butler Institute (BBI), sebagaimana dikutip dari BBC, Selasa (26/1/2016).
Gary sendiri dulunya juga pernah merasakan menjadi seorang pelayan pribadi kelas atas di Ritz. Dengan pengalaman dan keahliannya yang nomor wahid itu, Gary pun dipercaya memimpin BBI.
Gary mengungkapkan bahwa setelah lulus, hanya separuh dari alumni BBI yang mencari kerja di wilayah Inggris. Separuhnya lagi memilih menerima pekerjaan di luar negeri, melayani keluarga-keluarga kelas atas di Tiongkok ataupun raja-raja minyak di Timur Tengah.
“Kira-kira sebesar 30 persen pelayan pribadi bekerja di Uni Emirat Arab, Qatar, dan Arab Saudi,” terang Sara Vestin Rahmani, salah satu pengeola di sekolah pelayan pribadi lainnya, British Butler Academy (BBA).
“Para majikan pelayan pribadi ini kebanyakan anggota keluarga kerajaan, syekh dan pemilik ladang minyak, yang rata-rata memiliki minimal tiga rumah, dan setidaknya 15 staf per rumah,” lanjut Sara.
Baik BBI maupun BBA sama-sama berbasis di London, Inggris. Bedanya, BBI hanya menyalurkan para “butler” tersebut ke wilayah Inggris saja, sementara BBA juga mengirimkan para pelaya profesional itu ke luar negeri.
“Untuk di Inggris sendiri, rata-rata gaji pelayan pribadi ini berkisar antara 40.000 hingga 50.000 poundsterling, atau sekitar Rp791 juta hingga Rp989 juta,” papar Sara lagi.
“Sedangkan untuk di negara Timur Tengah, gaji mereka bisa lebih besar daripada itu,” tandasnya lagi. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)