New York – Untuk yang pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir, harga minyak produksi West Texas Intermediate (WTI), Amerika Serikat, mengalami penurunan cukup tajam. Harga tersebut bahkan telah menembus angka di bawah USD 30 per barrel.
Kondisi tersebut semakin menyusahkan negara yang pemasukannya sangat mengandalkan bisnis di sektor minyak. Perusahaan-perusahaan minyak kelas atas dunia pun dibuat kelimpungan dengan keadaan ini.
Jatuhnya harga minyak mentah produksi AS tersebut diduga akibat melimpahnya pasokan yang tak diimbangi oleh permintaan dari pasar, terutama sekali, dari Tiongkok.
Belakangan ini, permintaan minyak dari Tiongkok mulai mengalami penurunan sehingga hal tersebut cukup memukul keadaan pasar minyak dunia. Tiongkok memiliki andil besar dalam penentuan harga minyak karena merupakan konsumen terbesar kedua di dunia.
Tak hanya minyak produksi AS saja yang mengalami penurunan, sejumlah pakar juga memprediksi bahwa harga minyak dunia bakal terus turun ke titik terendah, di bawah USD 20 per barrel. Bahkan, ada pula yang beranggapan bahwa harga minyak bisa saja terjun bebas hingga ke titik di bawah USD 10 per barrel.
Adapun dilansir dari Reuters, Rabu (13/1/2016), harga minyak WTI menyentuh level USD 29,93 per barrel. Angka ini merupakan yang terendah sejak Desember 2003 silam.
Penurunan tersebut terjadi pada Selasa (12/1/2016) waktu AS, atau sekitar Rabu (13/1/2016) dini hari tadi waktu WIB. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)