Bengkulu – Telah diketahui secara umum bahwa plastik merupakan limbah yang sangat sulit diuraikan oleh alam. Material yang satu ini konon baru akan habis terurai dalam waktu 100 tahunan. Oleh karena itu, sampah atau limbah yang satu ini membutuhkan penanganan khusus agar tidak menjadi perusak ekosistem alam.
Di tangan dua siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bengkulu, limbah plastik dapat diubah menjadi material yang lebih bermanfaat. Sumaria Desi dan Citra Kurnia Sari telah melakukan penelitian dan menghasilkan temuan berupa bahan bakar dari limbah plastik.
Saat ditemui di sekolahnya, kedua siswi kelas XII IPA 3 dan XII IPA I ini mengungkapkan bahwa penelitian yang mereka lakukan selama beberapa bulan itu berangkat dari kekhawatiran terhadap menumpuknya sampah plastik.
“Sampah plastik banyak bertebaran, di semua tempat, maka kami merasa tertantang untuk memanfaatkan limbah plastik itu menjadi bahan berguna,” kata Sumaria dan Citra Kurnia, Rabu (26/8/2015).
Dibantu Weniarti, guru bidang studi Kimia, terciptalah bahan bakar sejenis bensin dari limbah plastik. Kedua siswi itu pun tak canggung menjelaskan proses pembuatan bahan bakar itu.
Mereka mengungkapkan, pekerjaan pembuatan dilakukan sangat sederhana. “Kami mengumpulkan sampah plastik seperti sisa botol minuman mineral, dibersihkan lalu dicacah, usai dicacah bahan baku itu dimasukkan ke dalam tabung penyulingan yang dipanaskan dengan api,” cerita Sumaria Desi.
Untuk memperbanyak hasil, ditambahkanlah sampah kaleng dan sekam padi sebagai katalisator. Selanjutnya, dari tabung penyulingan dialirkan uap pembakaran plastik, kaleng dan sekam padi menuju kondensor.
Pada kondensor juga diberikan satu pipa air dan satu pipa yang mengalirkan uap jika dikumpulkan menjadi bensin. “Setelah bensin didapat maka dilakukan lagi penyulingan kedua untuk hasil bensin yang bersih, hasil penyulingan itu telah didapat, bensin dengan bau, bentuk dan sifat layaknya bensin kebanyakan dan dapat terbakar,” tambah Weniarti.
Mereka mengakui, hasil penyulingan tersebut memang belum begitu bersih, sehingga dibutuhkan proses pemurnian lebih lanjut atau dikenal pula dengan sebutan bleaching. “Untuk bleaching dibutuhkan bahan tambahan sayangnya bahan tersebut tak ada di Bengkulu,” tambah Weni.
Dari satu kilogram sampah plastik, bisa dihasilkan 400 mili bahan bakar. Memang sejauh ini bensin hasil para siswi tersebut belum dicoba untuk kendaraan bermotor karena dibutuhkan pemurnian akhir.
“Ini bensin karena memang salah satu alat pembuat plastik adalah bensin, dibutuhkan sedikit proses lagi agar bensin dapat dimanfaatkan untuk kendaraan bermotor,” kata Weni.
Para siswi dan guru berharap Pemerintah Daerah dapat menindaklanjuti hasil temuan itu agar dapat berguna bagi masyarakat umum. Hasil temuan ini pun membawa nama MAN 2 Kota Bengkulu menyabet juara I dalam pekan ilmiah kimia yang digelar Universitas Bengkulu di tingkat Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) pada 2014 lalu. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)