Jakarta – Lugu dan polos serta tak paham bahasa Inggris mungkin sudah lekat dengan sosok Evi Masamba. Meski demikian, dirinya tak pernah canggung untuk tampil dan berbicara di depan umum. Evi memang berasal dari pelosok kampung dan dirinya tidak pernah malu untuk mengakui hal itu.
“Ya, gadis pelosok sampai di Jakarta. Bingung juga. Banyak hal aku enggak mengerti. Kayak bahasa di Jakarta ini, aneh-aneh,” tukasnya.
Karena sering tak mengerti perbincangan para makeup artist dan kru di belakang panggung, sering kali kata “pea” (bodoh) ditujukan kepadanya oleh tim rias wajah dan rambut.
“Kayak begini: Cin, jangan lupa beyong, ya! Apa itu beyong? Lalu yang menata rambutku meledek lagi, ‘Ah Evi, kamu itu memang pea. Sering kali aku dengar kata pea ini ditujukan untukku. Memang apa, sih artinya pea itu? Tiga hari aku mikir apa itu artinya? Baru dikasih tahu belakangan, pea itu artinya bodoh, beloon. Jadi rupanya selama ini aku dikata-katai bodoh? Lalu mereka tertawa,” tutur Evi.
Belum lagi katanya, dia bingung kenapa penata rambutnya ini sering sekali mencari ember.
“Ember, ember Cin. Apa itu maksudnya? Aku tanya kepada penata rambutku ini, yang panggilannya Ayah. ‘Ayah, memang Ayah cari ember? Buat apa? Ada di mana ember? Enggak kulihat ember.’ Tiba-tiba aku disambar lagi, ‘Ah, pea kamu, Vi. Ember, tuh maksudnya emang benar.’ Barulah aku mengerti. Bahasa-bahasa di Jakarta ini aneh-aneh, ya.” Kalau beyong apa, dong? Beyong itu ternyata artinya bayar! (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)