Amman – Koalisi negara-negara anti kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) pimpinan Amerika Serikat (AS) telah berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Sampai saat ini, serangkaian operasi udara tersebut telah menghabisi sekitar 1.171 orang, yang mayoritas berasal dari anggota ISIS sendiri.
Seperti dilansir dari Reuters (Selasa, 23/12/2014), Kepala Observatorium HAM di Suriah, Rami Abdulrahman, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dari seribu lebih korban tersebut tercatat ada 52 orang korban warga sipil non-anggota ISIS. Lembaga sosial yang berbasis di London tersebut juga melaporkan bahwa jumlah korban yang diderita ISIS sejak operasi militer dari koalisi dimulai pada September 2014 lalu, mungkin saja merupakan yang terbanyak di antara kelompok militan lainnya.
Adapun angka di lapangan bisa saja lebih besar dari yang tercatat oleh lembaga HAM tersebut. Kesulitan mengakses lokasi dan ancaman dari ISIS menyebabkan data yang bisa terekam sangat terbatas.
Dikatakan bahwa AS dan negara-negara koalisi anti-ISIS telah secara signifikan mengurangi frekuensi serangan udara mereka terhadap ISIS di Suriah sejak akhir September lalu. Serangan mereka tak segencar di awal-awal pembentukan koalisi.
Menurut data yang diperoleh dari pihak militer, negara-negara koalisi anti-ISIS telah melancarkan tak kuran dari 488 serangan udara di Suriah hingga 15 Desember lalu. Data ini tidak termasuk serangan udara koalisi di Irak. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)