Presiden Obama juga bersikeras bahwa tidak ada solusi militer dalam permasalahan ini. Dia juga mendesak Pemerintahan Irak, yang dipimpin oleh golongan Syi’ah, untuk lebih inklusif, bersedia mengakomodasi berbagai ragam kepentingan di dalam masyarakatnya.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, juga diekspektasikan akan segera terbang ke Irak untuk mengawali kerjasama Irak dan AS ini. Langkah nyata AS ini dilakukan setelah Pemerintah Irak secara resmi meminta bantuan mereka untuk melawan ISIL.
Lebih jauh, Pemerintah Irak bahkan meminta bantuan serangan udara ke wilayah-wilayah yang dikuasai kelompok tersebut. ISIL sendiri telah berhasil memperluas wilayahnya dalam 10 hari terakhir dan semakin menyulitkan pasukan Pemerintah Irak.
Adapun banyak kalangan menilai bahwa krisis Irak ini dipicu oleh kebijakan Perdana Menteri Nouri Maliki, yang merupakan seorang Syi’ah, yang diduga anti-Sunni. Terkait isu tersebut, Presiden Obama mengatakan bahwa AS tidak memiliki hak untuk memilih pemimpin di sana. Rakyatlah yang berhak. Oleh karena itu, pihak AS tidak akan melakukan aksi militer yang mendukung salah satu kelompok dan mengorbankan kelompok lain.
Adapun, selain mengirimkan penasihat militer tadi, As juga berencana akan meningkatkan usaha-usaha intelijen, serta mendirikan pusat operasi gabungan di Baghdad dan Irak bagian Utara untuk saling pusat mengkoordinasikan rencana dan aksi serta pembagian informasi intelijen. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)