Ini merupakan kali pertama perpindahan kekuasaan Afghanistan dilakukan melalui proses demokrasi. Sebuah proses yang sangat dikecam oleh kelompok Taliban, yang bahkan mengancam akan senantiasa mengganggu proses pemilihan umum ini. Mereka merencakan akan melakukan kekacauan secara non-stop. Kelompok pemberontak tersebut menuliskan di internet bahwa dengan mengadakan voting semacam ini, maka Afghanistan telah membiarkan pihak Amerika Serikat untuk meletakka antek-anteknya di dalam tubuh Pemerintahan Afghanistan.
Rencana penarikan total pasukan negara asing dari Afghanistan dijadwalkan akan selesai pada akhir tahun ini. Dengan demikian, maka siapapun yang terpilih menjadi Presiden Afghanistan akan memiliki tanggungjawab penuh terhadap keamanan nasionalnya. Dirinya harus siap bertarung dengan pengacau keamanan macam Taliban, berperang melawan korupsi, dan mengangkat perekonomian negara yang sedang melemah.
Sekitar 12 juta calon pemilih sah siap menggunakan hak suaranya dalam pilpres kali ini. Posko pencoblosan dibuka pukul 07.00 waktu setempat sampai sore hari. Keamanan pun dibuat superketat di lebih dari 6 ribu posko.
Hasil putaran pertama menunjukkan bahwa Abdullah berhasil memperoleh 45 % suara, sementara Ghani memperoleh 31,6 %. Proses pengambilan suara ini pun dihiasi sejumlah laporan klasik, yaitu mengeni kecurangan di beberapa wilayah.Adapun sebenarnya, terdapat 8 calon presiden yang bisa dipilih rakyat Afghanistan. Namun demikian, hanya dua tokoh tersebut yang paling berpengaruh di Afghanistan dan menonjol secara internasional. Dan karena tidak ada calon yang mencapai angka 50%, maka voting putaran kedua pun akan segera dilakukan, sekali lagi, dibawah ancaman serangan Taliban dan kecurangan-kecurangan dalam proses voting. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)