Serangan terhadap kantor kejaksaan ini berlangsung pada Kamis kemarin (1/5). Kelompok pro-Rusia menuduh bahwa orang-orang kejaksaan tersebut berpihak kepada pemerintahan Kiev. Kelompok milisi pro-Rusia merangsek masuk, melucuti senjata dan tameng pelindung dari polisi pengaman di sana, dan kemudian menaikkan bendera “Donetsk People’s Republic”, atau Republik Rakyat Donetsk, sebuah “negara” yang diproklamasikan sendiri oleh kelompok itu. Dilaporkan telah jatuh beberapa korban luka dari kedua belah pihak, milisi pro-Rusia maupun petugas keamanan.
Dalam aksinya, para penyerang tersebut berulang kali meneriaki pegawai kejaksaan dengan sebutan fasis. Tuduhan yang memang ditujukan kepada pemerintahan baru Ukraina dan seluruh pendukungnya. Seorang polisi mengatakan kepada BBC bahwa kepolisian setempat tak mampu mengatasi serangan yang membabi buta tersebut.
Adapun wilayah di wilayah timur Ukraina ini memang banyak sekali populasi masyarakat berbahasa Rusia. Wilayah ini juga merupakan basis pendukung Presiden Ukraina terdahulu, Viktor Yanukovych, yang berhaluan Rusia. Yanukovych digulingkan dari kursi pemerintahan oleh protes besar-besaran anti Rusia di ibukota Kiev dan beberapa wilayah di Ukraina.
Pemerintahan baru Ukraina menuduh Rusia berada di balik serangan dan pendudukan geudng-gedung pemerintahan di kota-kota di timur Ukraina. Pejabat Presiden Turchynov memang mengakui bahwa pasukan keamanannya tidak akan mampu membubarkan kelompok separatis tersebut, namun paling tidak operasi ini diharapkan mampu meredam penyebarannya sekaligus membantu memperbaiki kondisi keamanan setempat. Seperti diketahui, kondisi tak menentu di kota-kota di timur Ukraina ini juga dimanfaatkan oleh kelompok kriminal seperti pencuri dan perampok untuk melancarkan aksinya.
Terkait penimbunan pasukan Rusia di wilayah perbatasan, Turchynov mengatakan bahwa militer Ukraina telah siap tempur menghadapi kemungkinan invasi. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)