Oxford – Mungkin anda berpikir bahwa hanya perempuan muda saja yang memiliki masalah kelainan makan, misalkan seperti takut makan, terlalu detail menghitung kalori makanan, bahkan anoreksia. Tahukah anda? Masalah demikian pun juga dialami laki-laki berusia muda. Hanya saja permasalahan kelainan makan ini tidak pernah mendapat sorotan, pertolongan dan dukungan. Singkat kata, terabaikan.
Seperti dilansir dari BBC (Selasa, 8/4/2014), sebuah studi yang dilakukan oleh institusi yang tidak main-main, University of Oxford dan University of Glasgow, mengatakan bahwa kasus anoreksi yang dialami oleh laki-laki tidak mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat, meski ternyata kasusnya mencapai seperempat kasus anoreksi di Inggris.
Dalam studi tersebut, peneliti mewawancara 39 anak muda, berusia 16 sampai 25 tahun, yang diantaranya terdiri dari 10 laki-laki perihal pengalaman mereka tentang diagnosa, perawatan, maupun dukungan lain mengenai kelainan makan. Mereka merasa bahwa kaum laki-laki tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Salah satu penyebabnya adalah karena laki-laki cenderung tidak menyadari bahwa mereka tengah mengidap gejala kelainan makan, meski tidak/malas makan berhari-hari, atau kekhawatiran berlebihan terhadap kalori.
Dr Ulla Raisanen dan Dr Kate Hunt, yang terlibat dalam studi tersebut, mengatakan bahwa ternyata laki-laki juga mengalami hal tersebut, namun mereka tidak menyadarinya. Hal tersebut diakibatkan oleh anggapan masyarakat atapun budaya bahwa kekhawatiran akan makanan hanya dialami oleh kaum hawa saja. Seorang responden penelitian mengatakan bahwa dirinya mengira bahwa masalah kelainan makan hanya dialami oleh anak remaja perempuan yang masih labil. Responden lain mengatakan bahwa masalah itu hanya dimiliki oleh perempuan.
Yang sering terjadi adalah, laki-laki yang mengalami kelainan makan ini sering mendapat diagnosa yang salah oleh dokternya, apalagi bila sang dokter juga seorang pria. Kasus lain mengatakan mereka perlu waktu lama agar sampai pada diagnosa kelainan makan tadi.
Leanne Thorndyke, seorang aktivis Beat Eating Disorder, mengatakan bahwa pengaruh budaya modern dan pergaulan muda jaman sekaranglah yang menjadi pemicu masalah tersebut. Kekhawatirwan dan tekanan akan berat badan dan bentuk tubuh yang ideal telah membuat kaum muda mengembangkan gejala kelainan makan.
Jika perempuan ingin badan yang kurus atau langsing, laki-laki justri ingin badan yang relatif berotot meski tidak besar, dan tentu dilengkapi dengan “six-pack”. Namun demikian, bukan kebiasaan hidup sehat yang terbentuk, namun malah kelainan makan. (Rini Masriyah – www.harianindo.com)