Coventry – Mimpi buruk yang dialami secara reguler di masa kecil dapat dilihat sebagai peringatan dini tentang tanda-tanda atau gejala gangguan kesehatan mental. Fakta tersebut terkemuka sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh University of Warwick, Inggris, beberapa waktu yang lalu.
Seperti dilansir dari BBC (Sabtu, 1/3/2014), hasil studi tersebut, yang diterbitkan dalam sebuah jurnal berjudul Sleep, mengatakan bahwa kebanyakan anak secara normal mengalami mimpi buruk, namun jika mereka mengalaminya lebih sering, maka hal tersebut dapat menjadi sebuah pertanda akan sesuatu yang lebih serius. Resiko tersebut semakin meningkat jika anak mengalami “night teror”, yakni mimpi buruk yang diikuti dengan teriakan dan kejang-kejang.
Sebuah organisasi YoungMinds mengatakan bahwa studi tersebut merupakan studi yang sangat penting terkait kesehatan mental anak, yang tentunya berimbas pada kehidupannya di kala dewasa. Studi ini melibatkan sekitar 6.800 anak berusia 12 tahun.
Dalam penelitian ini, orang tua ditanyai secara reguler tentang masalah tidur apapun yang dialami oleh anak. Di akhir studi, anak-anak tadi akan diuji tentang apakah mereka pernah mengalami pengalaman psikotik, meliputi halusinasi, delusi, atau anggapan bahwa pikiran mereka sedang dikontrol sesuatu. Ya, anak seusia tersebut sudah cukup kompleks untuk berpikir ke arah tersebut.
Tim dari University of Warwick mengatakan bahwa masalah jangka panjang dari mimpi buruk dan teror memiliki hubungan dengan peningkatan resiko terhadap gangguan kesehatan mental. Hasilnya, sekitar 47 dari setiap 1000 anak menderita beberapa bentuk dari pengalaman psikotik. Salah seorang peneliti, Prof Dieter Wolke, mengatakan bahwa mimpi buruk sebenarnya awam saja, demikian pula night terror tadi, normal. Tapi sekali lagi, jika itu terjadi secara reguler bahkan sering, tentu ada sesuatu yang salah dengan hal tersebut, dan selayaknya mendapat perhatian. (Rini Masriyah – www.harianindo.com)