Terkait hal tersebut, alhasil Negeri Paramullah menyatakan bahwa pernyataan Obama tersebut salah dan tidak konstruktif. Seperti yang dilansir Reuters, Sabtu (1/2/2014), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham mengungkapkan bahwa ucapan atas sanksi yang memdorong Iran mau melakukan negosiasi nuklir adalah sebuah pemalsuan dari sejarah.
Bahkan Obama juga pernah menyatakan dengan adanya tekanan AS serta dari dunia international, maka membuat Iran sepakat untuk melakukan negosiasi bersama Iran dan enam Negara besar yang lainnya. Hasilnya Iran mau untuk mengkaji ulang atas program pengayaan uranium yang dimilikinya.
Afkham berkomentar bahwa apa yang disampaikan oleh Obama itu adalah sebuah kesalahan besar. Hal ini dikarenakan Iran tidak memberikan peluang untuk membuka hubungan dengan Negara Barat . Selain itu Afkham juga memberikan bantahan jika diplomasi yang selama ini dibicarakan Obama telah membuka peluang atas program nuklir Iran.
Iran juga menyalahkan jika Negeri Paman Sam tersebut berhasil mencegah pembuatan nuklir merupakan salah satu prestasi yang diraihnya. Karena sebenarnya Iran sama sekali tidak pernah membuat senjata nuklir baik sekarang ataupun masa depan, tegas Afkham.
Sebagaimana yang diketahui bahwa bertempat di Jenewa pada minggu lalu, berlangsung kesepakatan nuklir Iran dengan enam kekuatan besar bahwa Iran memiliki komitmen atas membatasan pengayaan uraniumnya mencapai lima persen.
Perjanjian tersebut akan mulai berlaku minggu depan, sehingga untuk produksi uranium yang sudah diproses Iran harus berkurang sekitar 20 persen. (Choirul Anam – www.harianindo.com)