Walaupun China merasa tersinggung atas dipanggilnya Duta Besar China pada 27 November 2013, oleh Kementerian Luar Negeri Australia, sepertinya Negeri Kanguru tersebut tidak mau didekte. Perang saling serang antara pihak Kementerian Luar China kepada Julie Bishop selaku Menteri Luar Negeri Australia pun tidak terelakkan.
Bahkan China menginginkan agar Australia segera mengkoreksi atas ucapan yang dilontarkan oleh Bishop atau berdampak atas hubungan dari kedua Negara. Seperti yang dilansir dari The Age, Kamis (28/11/2013), Bishop mengungkapkan bahwa sikap ini adalah sebuah kebijakan yang diambil oleh Australia dengan tujuan untuk mencegah adanya tindakan unilateral atau aksi koersif yang berasal dari Negara mana pun yang dapat menimbulkan adanya persengketaan yang terjadi di Laut China Timur.
Diungkapkan oleh Bishop bahwa sebenarnya disini ada taruhan. Dimana sebenarnya pihak Australia hanya ingin menyuarakan perdamaian dan juga kestabilan yang ada di Laut China Timur. Sebagaimana yang diketahui bahwa Bishop memanggil Ma Zhaoxu, Dubes China, dalam rangka menyuarakan pendapat bahwa Australia merasa khawatir atas pembentukan zona identifikasi pertahanan udara yang ada di Laut China Timur.
Karena sebenarnya dengan dibentuknya zona pertahanan tersebut merupakan sebuah pelanggaran. Dimana wilayah yang diklaim sebagai zona pertahanan udara China adalah pulau yang saat ini disengketakan dengan Jepang atau yang dikenal dengan Diaoyu di China atau Senkaku menurut Jepang.
Dengan diterbitkannya zona pertahanan itu maka semua pesawat yang berencana masuk ke dalam zona pertahanan China diwajibkan untuk memberitahukan keberadaannya kepada pihak keamanan sebelum memasuki kawasan tersebut. China ingin agar pesawat asing harus melakukan kontak radio atau akan diancam dengan adanya intervensi militer dari China. (Choirul Anam – www.harianindo.com)