Tentunya jika dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2012 lalu, ini merupakan sebuah kasus yang mengkhawatirkan, dimana ditemukan sekitar 38.689 malware, dan sekarang ini telah mengalami peningkatan yang cukup fantastis. Nampaknya peningkatan malware tersebut diduga berasal dari pasar aplikasi Google Play yang saat ini aplikasi tersebut memiliki sifat terbuka.
Hal ini yang membuat para penjahat cyber dengan mudah masuk. Jika dibandingkan dengan App Store yang dimiliki oleh perangkat Apple, tentu sangat berbeda. Dimana mereka menjaga ketat semua piranti lunak yang memasuki pasarnya.
Dengan demikian maka akan sulit bagi pihak yang ingin menyebarkan malware di sistemnya. Seperti yang dikutip dari Digital Spy, Jumat (28/6/2013), memang selama ini sudah banyak pihak yang menganggap Google terlalu rendah dalam mengawasi aplikasi yang ada di pasarnya.
Sehingga dengan mudah pihak ketiga untuk memasukkan piranti berbahaya ke dalam platform dengan symbol robot hijau tersebut. Michael Callahan selaku wakil presiden Juniper mengungkapkan kepada situs Register bahwa memang Apple dalam pengawasan aplikasi–aplikasinya sangat baik, namun Google walaupun telah mengawasinya namun sangat lemah.
Sehingga memudahkan malware berkembang di beberapa aplikasi gratis yang diberikan oleh pihak ketiga. Selain itu dalam temuannya kali ini, Jupiter Nrtworks juga mengungkapkan minimnya update keamanan operasi sistem Gingerbread 2.3 di Android dibandingkan dengan OS yang lainnya. (Choirul Anam – www.harianindo.com)