Jakarta – Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab mengkritisi revolusi akhlak yang digaungkan oleh Habib Rizieq Shihab.
Fadhli menyebut konsep revolusi akhlak yang digagas oleh imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu tak jelas karena kesan yang muncul justru untuk kamuflasi politik.
Baca Juga : Sambangi Rumah Habib Rizieq, Syakir Daulay : “Bismillah, Silaturrahim”
“Revolusi akhlak enggak jelas. Saya duga ini hanya manuver politik. Konsepnya seperti apa kan tak ada. Jangan-jangan cuma keceplosan omong revolusi akhlak biar tidak dikira mau berbuat makar,” ujar Fadhli dalam keterangannya kepada awak media.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu lantas membandingkan revolusi akhlak dengan revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Fadhli, konsep revolusi mental lebih aplikatif karena untuk merefomasi dan menyederhanakan birokrasi, mendorong akuntabilitas dan transparansi. Selain itu, revolusi mental juga mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Namun, Fadhli juga mengkritisi revolusi mental yang belakangan kurang terdengar. “Masih banyak yang perlu dibenahi karena belakangan ini mulai berkurang ghirah,” katanya.
Selain itu Fadhli juga menyoroti ironi antara gagasan tentang revolusi akhlak dengan pendukung Habib Rizieq yang kerap menimbulkan kerumunan dalam jumlah besar. Sebab, pada masa pandemi Covid-19 seharusnya tidak membuat kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa.
“Masa tiap hari mengumpulkan massa saat masih pandemi, mana konsep revolusi akhlaknya? Ini mau revolusi akhlak atau mau revolusi politik?” ulasnya.
Menurut Fadhli, revolusi akhlak akan mendapat tempat istimewa jika konsepnya jelas serta benar-benar bisa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Saya meyakini revolusi akhlak akan membumi bahkan akan jadi prototipe perubahan, jika benar-benar menjadi sebuah konsep yang nyata,” tandas Fadhli. (Edy – www.harianindo.com)