Jakarta – Muncul dugaan yang menyebut bahwa terdapat peranan mafia migas di balik sejumlah suara penolakan terhadap rencana penunjukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai petinggi BUMN. Hal tersebut diungkapkan oleh peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman.
Menurutnya, sejumlah suara penolakan dari Serikat Pekerja Pertamina dan sejumlah tokoh seperti Rizal Ramli terdengar tidak logis. Alasan dari penolakan tersebut menyebut bahwa Ahok tak memiliki kemampuan dalam menangani korporasi migas.
“Jadi, saya beranggapan alasan ini tak logis. Penolakan sepertinya karena ada kartel mafia migas di baliknya. Para mafia tak ingin ada utusan presiden dan Menteri BUMN yang ingin membereskan Pertamina,” ujar Ferdy di Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Baca Juga: Politisi Gerindra Mengaku Bosan Dengan Pemberitaan Soal Ahok
Lebih lanjut, Ferdy mengatakan bahwa ada dugaan bahwa para kartel mafia migas menyusun kekuatan demi membangun opini. Mereka ingin memengaruhi keputusan penunjukan Ahok sebagai petinggi BUMN.
“Anehnya lagi, Rizal Ramli memberi masukan agar memilih mantan menteri ESDM Ignatius Jonan atau Thomas Lembong (mantan Kepala BKPM) mengisi posisi penting di Pertamina. Ini membuat publik curiga, jangan-jangan Rizal Ramli berteriak karena ada hidden agenda atau benar-benar kritis terhadap Ahok,” ucapnya.
Ferdy mengatakan bahwa saat ini memang merupakan masa orang-orang mulai mencari jabatan. Terlebih dengan kabar perombakan eselon dan direksi. Mereka yang berburu jabatan pun bisa saja berusaha memotong peluang Ahok menjadi petinggi BUMN.
Meski demikian, Ferdy optimis bahwa Presiden Joko Widodo sudah memahami seluk beluk, kecakapan, dan loyalitas Ahok.
“Ahok itu sudah punya chemistry dan sudah teruji rekam jejak bekerja bersama Jokowi di DKI Jakarta. Presiden paham jika dia mengutus Ahok ke Pertamina, tak akan dipermainkan dan bekerja tulus membenahi manajemen Pertamina. Toh, jika Ahok tak bekerja benar, presiden bisa memerintahkan menteri BUMN untuk mencopotnya,” pungkas Ferdy. (Elhas-www.harianindo.com)