Jakarta – Mendapati rumah mereka kini rata dengan tanah, sejumlah warga Sunter Agung Perkasa VIII, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, mengaku bahwa kini mereka sangat dikecewakan dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Padahal, pada Pilkada 2017 lalu kebanyakan dari mereka pernah mendukung Anies.
Salah satu warga yang menyesal adalah Malik (42). Pria yang bekerja sebagai penjual barang bekas itu mengatakan bahwa ia memilih Anies lantaran merupakan figur rekomendasi dari Ijtima Ulama.
“Saya, kami di sini kebanyakan warga Madura itu selalu mengikuti ulama, kami dulu pilih Pak Anies, ini buktinya ada kalender Anies-Sandi waktu kampanye dulu, kalau begini ya bagaimana nasib kami,” kata Malik di Sunter Agung, Rabu (20/11/2019).
Baca Juga: Pengamat Menilai Ucapan Anies Tak Menggusur Warga Hanya Janji Manis
Untuk itu, Malik mengaku bahwa dirinya sampai harus berpindah dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura, untuk menetap di Jakarta. Sengaja ia lakukan hal tersebut agar mendapat KTP DKI Jakarta dan dapat memilih Anies.
“Saya di sini dari 1991 dari Bangkalan, Tanah Merah, Madura tapi sudah punya KTP sini sudah lama, KTP alamat Papanggo, di sini kerja cari barang rongsok,” katanya.
Sebenarnya, ia beserta warga lainnya sempat berunjuk rasa menolak penggusuran. Ketika ditemui di depan Balai Kota DKI, pihak Pemprov DKI mengatakan bahwa rumah di Sunter Agung tak akan digusur.
“Ada sempat surat (sosialisasi), cuma sebelum itu ada pemberitahuan tidak ada gusuran waktu unjuk rasa di kantor gubernur, sudah tuh lanjut aktivitas seperti biasa ada yang kerja ada yang jualan, ternyata tiba-tiba ada eksekusi,” ungkap Malik.
Pada Kamis (14/11/2019) lalu, Pemkot Jakarta Utara beserta 1.500 personel yang terdiri dari polisi, Satpol PP, dan PPSU menertibkan bangunan di kawasan Sunter Agung Perkasa. Pihak Pemprov DKI berdalih penertiban tersebut untuk menormalisasi saluran air dengan panjang 400 meter dan lebar 6 meter. (Elhas-www.harianindo.com)