Jakarta – Kasus penculikan dan pengeroyokan yang dialami oleh seorang relawan Jokowi bernama Ninoy Karundeng terjadi pada tanggal 30 September lalu di Masjid Al Falah, Pejompongan, Jakarta Pusat. Kejadian tersebut rupanya juga membuat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) turut angkat suara. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera melontarkan kecaman atas perbuatan tersebut.
“Tidak boleh ada kekerasan pada apa jua kejadian. Ninoy tidak boleh mendapati perlakuan seperti itu,” kata Mardani Ali Sera pada Minggu (06/10/2019).
Karena itulah, Mardani kemudian meminta agar pihak kepolisian segera mengusut kasus penganiayaan tersebut hingga tuntas. Selain itu, ia juga meminta agar proses tersebut berjalan secara transparan dan tidak tebang pilih.
“Negara ini harus menempatkan hukum sebagai muara penyelesaian pada setiap permasalahan. Mendorong penegak hukum untuk mengungkap kasus ini secara transparan. Dan tegakkan dengan adil, semua kasus diproses tanpa tebang pilih,” ujarnya.
Baca Juga: Polisi Ungkap Peran ABK, RF, dan IA Terkait Dugaan Penculikan Ninoy Karundeng
Mengenai penggunaan masjid sebagai lokasi penyekapan dan penganiayaan Ninoy, Mardani memilih untuk tidak berkomentar lebih lanjut. Ia hanya meminta agar fakta dalam kasus tersebut diungkap seterbuka mungkin.
“Mesti ada kepastian fakta lebih dahulu. Siapa pun tidak boleh melakukan tindakan kekerasan,” kata Mardani.
Sementara itu, sebelumnya anggota Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Falah, Iskandar, menuturkan bahwa pada saat kejadian berlangsung, para jemaah dan pengurus masjid membawa Ninoy masuk untuk diselamatkan dari amukan massa.
“Secara langsung saya tidak melihat. Kondisi beliau (Ninoy) ada di depan sini (di depan masjid), dipukuli massa. Kita tidak tahu apa penyebabnya tiba-tiba ada pemukulan. Kami dari jemaah masjid dan sekaligus pengurus DKM untuk menyelamatkan beliau kita masukkan ke dalam pintu yang terbuka separuh,” ungkap Iskandar di Masjid Al-Falah, Jakarta Pusat, pada Jumat (04/10/2019).
Di dalam masjid tersebut, lanjut Iskandar, juga terdapat sejumlah demonstran yang menjadi korban gas air mata. Mereka, termasuk Ninoy, mendapatkan perawatan dari para medis.
“Begitu banyak massa, kita tutup baru kita langsung masuk ke dalam. Meletakkan dia di ruangan medis, di mana para medis di situ juga banyak yang membantu para demonstran, termasuk beliau (Ninoy). Kita juga nggak tahu siapa nama beliau akhirnya masuk ke dalam situ. Tidak ada penyekapan yang ada itu adalah menyelamatkan dari massa, amukan massa, di sini pun pintu (gerbang) kita tutup dengan baik, pintu yang di dalam nggak kita tutup, seperti itulah,” tuturnya. (Elhas-www.harianindo.com)