Jakarta – Perang kicauan alias Twitwar terjadi antara Wakil Sekretaris Jenderal MUI Tengku Zulkarnain dan bos lembaga survei Charta Politika, Yunarto Wijaya.
Awalnya, Tengku Zul melalui akun jejaring sosial Twitter miliknya, @ustadtengkuzul, melontarkan sindiran terhadap kondisi saat ini. Menurutnya, pihak asing memberikan bantuan yang sedikit tetapi memakan dengan serakahnya di Indonesia.
“Dulu di era penjajah, anak bangsa ini miskin, mengemis ke sana ke mari, ada orang asing yang ‘dikatakan baik’ karena memberi serupiah dua rupiah atau seketip dua ketip pada pribumi anak jajahannya. Jangan sampai sekarang seperti itu, orang serakah dibilang baik karena memberi secuil, meraup selaut,” cuit Tengku Zul, Jumat (23/08/2019).
Cuitan Tengku Zul membuat Yunarto gatal untuk melontarkan komentar. Dia lalu berkicau melalui akun Twitter yang dikelolanya, @yunartowijaya.
Menurut dia, jika memang seperti itu, Tengku Zul disarankan tidak menggunakan rel kereta buatan Belanda dan jalan kaki saja.
“Rel kereta bikinan belanda jangan ente pake kalo bisa om.. Jalan kaki aja kalo ke bandung…” kicau Yunarto melalui akun @yunartowijaya.
Komentar Yunarto Wijaya dibalas Tengku Zul. Dia tudingan bahwa pola pikir Yunarto adalah pola pikir penjajah. Dia menuding Yunarto merupakan antek penjajah.
“Rel kereta api buatan Belanda pakai duit hasil mencekik rakyat Indonesia ente larang dipakai? Ente ini anak antek penjajah kah? Ente tidak tahu mereka bisa membendung laut dan membangun negaranya hasil dari bumi rakyat di sini yang dibawa ke sana? Pola pikir yang berpihak pada penjajah,” cuit Tengku Zul.
Kembali, Yunarto terpancing untuk membalas cuitan Tengku Zul. Kali ini, dia bertanya soal pola pikir Freeport dan Pertamina di zaman Presiden ke-2 RI Soeharto yang sempat dikuasai asing.
“Kalo Freeport sama Pertamina jaman Soeharto itu pola pikir yg berpihak kemana om? Mau dong diajarin,” tulis Yunarto Wijaya.
Dibalas lagi, menurut Tengku Zul, zaman Soeharto itu ada keterpaksaan. Sebab, tambah Tengku Zul, Indonesia tidak memiliki ilmu menggali minyak, apalagi emas.
“Zaman itu keterpaksaan. Kita tidak punya punya ilmu untuk menggali minyak apalagi emas. Tapi wajib alih teknologi dari Barat ke RI. Hasilnya 30 tahun kontrak hampir 100 persen pekerja Pertamina bangsa Indonesia. Paham?” cuit Tengku Zul.
Yunarto pun masih mengungkit terkait Freeport dan Pertamina di era Soeharto yang menurutnya tidak pernah mendapatkan kritik dari Tengku Zul.
“Coba jelaskan apa yang terjadi di zaman Soeharto terhadap Freeport & Pertamina jaman Ibnu Sutowo yang nggak pernah Anda kritik. Pengen tahu itu termasuk kategori penjajahan atau nggak?” tulis Yunarto.
Membalas Yunarto, Tengku Zul malah memuji era Soeharto. Menurut dia, hasil semua aset Pertamina sekarang merupakan hasil zaman Soeharto.
“Ibnu Sutowo diberhentikan dan Thaher hartanya diburu ke Singapore. Tapi Anda perlu tahu Pertamina zaman pak Harto menjadi sumber APBN andalan. Hampir semua aset Pertamina sekarang adalah hasil zaman beliau. Setelahnya tanker dijual. Jangankan untuk APBN, sudah dimiliki 100 persen malah rugi!” kicau Tengku Zul.
Lalu, Yunarto meminta Tengku Zul membuka kembali data tentang Pertamina sambil menyisipkan emoji senyum.
“Hehe pak ustaz silakan buka data tentang Pertamina, mumpung yang baru kultwit tentang Ibnu Sutowo ada di sini,” cuit Yunarto. (Hr-www.harianindo.com)