Jakarta – Meskipun kini sedang berlangsung masa uji coba perluasan ganjil genap di 16 ruas jalan di Jakarta, namun beberapa sopir omprengan mengaku memiliki cara untuk mengakali peraturan tersebut.
Dedi Undi contohnya, pria yang berprofesi sebagai sopir omprengan tersebut memandang bahwa kebijakan tersebut tak efektif dan mudah diakali. Ia acap kali kejar-kejaran dengan polisi atau petugas Dinas Perhubungan di kawasan ganjil genap.
Selain itu, untuk mengantar para penumpangnya dari Bekasi ke Kuningan, ia menggunakan jalur alternatif di Jalan Kalimalang-Cawang. Ia baru melintas jika tak ada petugas yang berjaga.
“Ongkosnya Rp 22 ribu per penumpang. Kalau sudah sampai di kawasan Otista jalur Cawang-Tanjung Priok pada jam operasional ganjil genap saya lihat situasi dulu. Kalau ada petugas ya saya parkir dulu di tempat aman,” ujar Dedi pada Selasa (13/08/2019).
Baca Juga: Ganjil Genap Malah Bikin Macet Jalur Alternatif
Sementara itu, Monang menyiasati kebijakan tersebut dengan menyiapkan dua pelat kendaraan bermotor. Yang satu bernomor genap sedangkan yang lain nomor ganjil. Menurutnya, kebijakan ganjil genap kurang efektif jika dibandingkan dengan kebijakan larangan mobil tua.
“Sebab yang sudah-sudah saja gagal. Buktinya jalanan masih macet. Kalau mau serius berlakukan moratorium kendaraan dan mobil tua juga harus dibatasi di Jakarta,” kata Monang.
Cara lain yang dilakukan oleh sopir omprengan adalah menyuap petugas. Sudirman pernah melakukan hal tersebut ketika tertangkap petugas di kawasan ganjil genap. Menurut penuturannya, tidak semua petugas bisa disuap.
“Petugas yang galak itu biasanya di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta. Kalau di kawasan Pramuka, Cempaka Putih, Menteng, petugasnya tidak terlalu galak,” ujar Sudirman. (Elhas-www.harianindo.com)