Jakarta – Warga DKI Jakarta sekaligus pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel, mendorong aksi dari kepolisian untuk membekuk orang yang mengancam akan membunuh Gubernur Anies Rasyid Baswedan.
Reza menyatakan, sebagai WNI, dia mengucapakan terima kasih atas keseriusan otoritas hukum sebelumnya dalam meringkus pelaku pengancaman terhadap Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
“Sekarang, sebagai warga pemegang KTP DKI, saya juga mendukung kesungguhan yang sama terhadap pihak yang di medsos mengancam akan menghabisi Gubernur Jakarta,” ucap Reza, Minggu (28/07).
Dia mengatakan dengan tegas bahwa pengancam di media sosial jangan dibiarkan untuk lolos. Sebab, pelaku kejahatan kekerasan (violent crime) merisaukan lantaran berpotensi residivismenya. Karena itu lah secara khusus dilakukan risk assessment untuk memperhitungakan besar kecil risikonya.
Yang ditakar adalah riwayat gangguan mental dan penyalahgunaan narkoba, fantasi kekerasan, pola mengekspresikan amarah, stabilitas hidup (misal, tempat tinggal dan pekerjaan), dan kemandirian.
“Persoalannya, bagaimana dengan orang yang di medsos mengancam akan membunuh orang lain? Jelas, terlalu berisiko jika otoritas penegakan hukum mengecilkan potensi kebahayaan si pelaku,” jelas Reza.
Apalagi diketahui bahwa perilaku jahat cenderung bereskalasi. Jika pelaku tidak diperhatikan, dan anggaplah dia tidak akan lulus jika dikenakan risk assessment, lanjutnya, maka potensinya untuk berulaH lagi atau bahkan mengeskalasi perbuatannya akan semakin tinggi.
“Hari ini dia mengancam RT, dibiarkan. Besok dia akan mengancam RW, lurah, camat, dan seterusnya. Semula ancaman disebar via medsos. Nantinya via telepon atau bahkan jumpa fisik. Kalau pelaku berani mengeluarkan ancaman pembunuhan ke elite, betapa beraninya dia mengancam alit,” tutur Reza.
Itu sebabnya dia mendorong kepolisian secara serius untuk mengusut pelaku di medsos yang mengancam akan menghabisi Gubernur Jakarta Anies Baswedan. (Hr-www.harianindo.com)