Jakarta – Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) mengungkapkan bahwa kawasan pesisir pantai selatan Jawa berpotensi gempa bermagnitudo 8,8 Richter dan tsunami dengan tinggi ombak 20 meter.
Hal tersebut dipaparkan oleh pakar tsunami BPPT Widjo Kongko dalam acara konferensi pers di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta. Lebih spesifik, kawasan yang terdampak adalah dari Cilacap hingga Jawa Timur.
“Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang (pantai) selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8,” ungkap Widjo pada Rabu (18/07/2019).
Baca Juga: Meresahkan, Netizen Diminta Tak Ikut Sebarkan Foto Hoaks Gempa Halmahera
Dalam kesempatan terpisah, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menjelaskan cara-cara yang dapat dilakukan ketika menghadapi bencana gempa dan tsunami.
“Sikap yang paling utama adalah selalu siap siaga menghadapi potensi bencana yang sudah dijelaskan di atas. Beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat, yakni mengenali potensi ancaman di lokasi anda tinggal. Bisa gunakan aplikasi InaRISK dari BNPB,” kata Agus pada Sabtu (20/7/2019).
Selain itu, Agus juga memberikan tips 20-20-20 kepada masyarakat yang tinggal di pinggir pantai selatan Jawa. Prinsip tersebut bertujuan untuk meminimalisasi angka korban jiwa akibat bencana gempa dan tsunami.
“Ketika merasakan gempa selama lebih dari 20 detik meskipun gempanya tidak besar, Anda harus mengevakuasi diri setelah gempa berhenti. Kemungkinan tsunami akan tiba dalam waktu 20 menit setelah gempa. Dan kemungkinan tinggi tsunami 20 meter. Jadi, harus (segera) mengevakuasi diri ke tempat yang tinggi atau gedung tinggi dengan minimal ketinggiannya 20 meter,” ujar Agus. (Elhas-www.harianindo.com)