Jakarta – Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono menilai aksi 22 Mei 2019 itu merupakan aksi yang digelar oleh barisan orang-orang yang sakit hati. Hendropriyono juga menyebut barisan orang-orang sakit hati itu haus akan kekuasaan.

Hendropriyono Minta Masyarakat Tidak Ikuti Ajakan Pihak Yang Ngebet Tahta
“Itu hanya untuk kepentingan orang yang sakit hati, orang kepengin tahta, kepengin harta, kepengin nama, itu orangnya,”kata Hendropriyono saat ditemui di Gedung Djoeang 48, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Minggu (19/05/2019).
Purnawirawan jenderal itu menegaskan bahwa kudeta sipil tak akan berhasil menggulingkan pemerintahan di Indonesia. Sebab menurutnya kegagalan tersebut dikarenakan tidak adanya kehadiran aparat TNI dan Polri Indonesia.
“Saya ingatkan anak-anakku, saudara-saudaraku, tidak ada kudeta sipil yang berhasil di dalam sejarah karena TNI dan Polri tidak di belakangnya,” jelasnya.
Baca juga : Polisi Beberkan Pengakuan Provokator Dibayar Rp 6 Juta
Selain itu, kata Hendro, TNI dan Polri Indonesia akan tetap setia dalam jalur yang benar sesuai dengan sumpah yang sudah diucapkan. Atas dasar itu, kata Hendro, masyarakat tidak perlu merasa takut dan khawatir.
“Karena tentara dan polisi, semuanya berada pada posisi setia kepada sumpah. Jadi, tidak ada sebetulnya yang harus ditakuti. Tidak ada,” bebernya.
Hendropriyono kembali mengingatkan kepada para milenial untuk tidak terhasut dalam narasi-narasi yang menggunakan dalil agama. Dia menuturkan tak ada seruan agama yang mengajarkan untuk menggunakan darah dagingnya demi mencapai kepentingan yang haus akan kekuasaan.
“Anak-anak muda, jangan sampai dibodoh-bodohi begini. Hanya karena jalurnya lewat hati, lewat agama. agama kita tidak pernah mengatakan bahwa kita mengorbankan anak-anak demi nama, harta dan kepentingan. barisan sakit hati itu hanya karena balas dendam, hartanya, namanya, tahta yang diadu anak-anak kita sendiri,” pungkasnya.
(Muspri-www.harianindo.com)