Kolombo – Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan, situasi negara akan segera kembali normal, setelah sebagian besar tersangka pelaku teror serangan bom pada Minggu Paskah ditangkap atau tewas.
Pernyataan itu disampaikan perdana menteri sepekan pascaterjadinya serangkaian serangan bom yang menewaskan hingga 253 orang dan melukai ratusan lainnya.
Sebagaimana diketahui, pada Jumat (26/4/2019) malam, tim gabungan polisi dan tentara Sri Lanka telah melancarkan operasi penyerbuan ke markas persembunyian terduga teroris di Kota Kalmunai. Setidaknya 15 orang tewas, termasuk enam anak-anak dan tiga perempuan, dalam operasi penyerbuan yang diwarnai ledakan bom bunuh diri oleh tiga tersangka.
Menurut perdana menteri, serangkaian teror bom yang menargetkan jemaah di tiga gereja dan tamu di tiga hotel pada Minggu Paskah dilakukan oleh kelompok kecil yang terorganisir dengan baik.
Namun, perdana menteri mengatakan, sebagian besar dari anggota kelompok yang terlibat dalam serangkaian ledakan bom itu telah ditangkap atau tewas. “Sekarang kita bisa kembali pada kehidupan normal. Kita semua kini harus saling membantu untuk memulihkan kehidupan normal di masyarakat,” ujarnya.
Lebih dari 100 orang dilaporkan telah ditahan berkaitan dengan serangan bom pekan lalu. Sementara pihak berwenang menyebut ada sekitar 140 orang yang menjadi pengikut kelompok ekstremis pendukung ISIS di negara itu.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menambahkan, pemerintah Sri Lanka akan menerapkan undang-undang yang lebih keras dan tegas untuk menghadapi ancaman ekstremis Islam, salah satunya dengan mengeluarkan warga asing yang menjadi guru agama tanpa izin.
“Terorisme jihad harus segera diakhiri. Untuk itu kami akan memberlakukan undang-undang baru yang lebih ketat dan keras,” kata perdana menteri.
Baca juga: Kebijakan Presiden Bolsonaro Berujung Kecaman
“Ada sejumlah warga asing yang bekerja sebagai guru agama di negara kita tanpa visa kerja. Setelah berkonsultasi dengan kementerian urusan agama Islam dan kementerian dalam negeri, kami akan mengusir mereka dari negara ini,” tambahnya.
Namun perdana menteri tidak memberikan jumlah maupun kewarganegaraan para guru agama tak berizin itu. Perdana menteri juga menyampaikan terima kasih kepada komunitas Muslim minoritas yang telah memberi informasi kepada pihak berwenang terkait kelompok-kelompok radikal. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)