Kolombo – Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengatakan, kegagalan intelijen diduga menjadi penyebab rangkaian serangan bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja dan tiga hotel mewah pada hari Paskah, pekan lalu. Berbicara di kediamannya kepada eksekutif media setempat, Sirisena mengatakan, kepala polisi nasional dan menteri pertahanan telah mendapatkan peringatan sebelum serangan terjadi, namun tidak melaporkannya kepada presiden.
Akibat kelalaian intelijen tersebut, Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando, dan Kepala Polisi Pujith Jayasundara mengundurkan diri atas permintaan Presiden Sirisena. “Mereka tidak mengatakan sepatah kata pun tentang surat peringatan ini. Itu adalah kesalahan serius di pihak mereka dan melalaikan tanggung jawab,” ujar Sirisena sebagaimana diberitakan Sidney Morning Herald pada Minggu (28/4/2019).
Sirisena mengkritik polisi karena gagal menindak peringatan intelijen yang secara luas dilaporkan oleh India, beberapa minggu sebelum ledakan. Laporan tersebut memperingatkan bahwa kelompok ekstremis di Sri Lanka, yakni National Thowheeth Jamaath telah merencanakan serangan bom bunuh diri tersebut.
Sirisena juga mengonfirmasi Zahran Hashim, seorang ekstremis yang merupakan pemberontak dan penduduk asli Sri Lanka diidentifikasi sebagai dalang serangan itu. Zahran diidentifikasi tewas serangan bom bunuh diri di Hotel Shangri-La. ISIS telah menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi keterlibatan aktualnya masih belum jelas.
Sirisena mengatakan, 70 dari 140 orang yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok teroris Sunni yang berbasis di Timur Tengah telah ditangkap. Sementara, mereka yang masih buron dikhawatirkan memiliki bahan peledak. Para pejabat kepolisian Sri Lanka mengedarkan surat di antara pasukan keamanan yang mengatakan ada ancaman serangan baru, terutama terhadap beberapa situs keagamaan Muslim.
Presiden mengatakan akan mengambil langkah-langkah baru yang ketat untuk mengidentifikasi dan melacak orang. Langkah ini mirip dengan yang digunakan ketika terjadi perang saudara yang panjang antara etnis Tamil dan separatis yang berakhir pada 2009.
“Setiap rumah tangga di negara ini akan diperiksa, untuk memastikan bahwa tidak ada orang tak dikenal yang bisa tinggal di mana pun. Kami harus mendeklarasikan situasi darurat untuk menekan teroris dan memastikan lingkungan yang damai di negara ini,” ujar Sirisena.
Baca juga: Penembakan di Sinagog AS Tewaskan Satu Orang Warga Sipil=
Polisi secara khusus mencari mantan tentara Bathrudeen Mohammed Mohideen, yang dikenal sebagai Tentara Mohideen, yang diduga membantu melatih sembilan pelaku bom bunuh diri. Investigasi menunjukkan pengebom sebagian besar berpendidikan baik dan dari latar belakang keluarga kaya.
Di bawah keamanan yang ketat, masjid-masjid di seluruh Kolombo mengadakan kegiatan shalat Jumat, yang dihadiri oleh ribuan orang. Sebelumnya ada permintaan dari pejabat pemerintah Muslim agar mereka tetap di rumah sebagai tindakan pencegahan keamanan. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)