Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengeluhkan lima tahun kerja pemerintah dipatahkan oleh hoaks (hoax) yang diembuskan melalui media sosial secara terus-menerus.
“Pemerintah sudah bekerja luar biasa, tapi hanya dipatahkan dengan semburan berita yang tidak jelas, berita bohong, fitnah,” kata Moeldoko saat Rapat Koordinasi Bidang Kehumasan dan Hukum Seluruh Indonesia di Jakarta, Senin (11/2/2019).
Mantan panglima TNI ini menjelaskan berita bohong yang disemburkan secara konsisten menciptakan sebuah post-truth, di mana kebenaran seolah menjadi tidak penting lagi sehingga akhirnya pembenaran yang dikedepankan.
“Ini memunculkan keragu-raguan, karena ini disemburkan terus-menerus dan konsisten. Maka sebagian besar kita kehilangan logika dan menyatakan itu benar. Ini sungguh berbahaya, siapa pun dia yang menyampaikan sungguh berbahaya,” ujar Moeldoko.
Purnawirawan Jenderal TNI ini mengistilahkan kondisi ini sebagai revolusi jari. Di mana dalam hitungan detik sebuah informasi dan tanpa disadari masyarakat, hal tersebut ditelan tanpa diklarifikasi. Karena jurnalisme yang menggunakan check and balances sudah bukan menjadi monopoli wartawan.
“Sekarang enggak. Siapa pun bisa mengatakan tadi, paradoks tadi, dengan mudahnya minta maaf. Bisa dibayangkan kita buat gonjang-ganjing lalu minta maaf, itu enggak sekali dua kali,” kata dia.
“Situasi yang saya gambarkan ini, tolong kita konfirmasi kepada diri kita dan institusi yang kita pimpin. Relakah kita, pimpinan kita menjadi korban dari sebuah pemberitaan yang kita tidak melakukan apa pun. Kalau saya tidak rela,” tuturnya.
Masyarakat saat ini seolah masa bodoh dengan kebenaran informasi yang diterimanya. Dan tanpa sadar ikut menyebarkan informasi hoax tersebut.
Baca juga: Fadli Zon Tidak Merasa Bersalah Terkait Puisi Kontroversialnya
“Saat ini saya menjuluki ada sebuah revolusi jari di mana sebuah berita ditentukan kecepatan, dalam waktu 30 detik, begitu kita membaca berita tanpa mengetahui kebenarannya jari kita bermain. Apakah berita itu benar atau tidak, masa bodo. Inilah yang dibilang revolusi jari luar biasa, sangat besar pengaruhnya. Bukan revolusi mental tapi jari,” paparnya.
Berita hoaks ini seolah meniadakan kerja kerja pemerintah selama hampir lima tahun ini. “Teman-teman bekerja siang malam menjadi tak ada maknanya. Presiden mendengar keluhan masyarakat tiap pagi, tapi dengan semburan berita bohong bertubi-tubi, musnah dan hilang semua,” katanya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)