Jakarta – Tunggal Pawestri kali ini ikut berkomentar dengan fenomenalnya pasangan Nurhadi dan Aldo yang hingga saat ini masih menjadi pembahasan netizen.
Saat diminta berkomentar mengenai fenomenalnya pasangan fiktif ini, dirinya berkata, “Saat pertama kali muncul, `gerakan` Nurhadi-Aldo itu sempat membuat saya tersenyum simpul, bersuka ria, mendapat capres fiksi (tak ada urusan dengan kitab suci) yang menjadi alternatif kejumudan politik saat ini dan menganggapnya sebagai reaksi budaya cerdas terhadap ketidak-bermutuan politik Indonesia sekarang.”
Namun semakin kesini, guyonan yang dilakukan merupakan plesetan-plesetan guyonan biasa. Sentilan mereka terhadap politik, juga klise.
Selebihnya, mereka habis-habisan melucu dengan istilah-istilah, asosiasi, dan akronim yang bernada mesum dan seksis. Begitu pun meme-meme dan poster-poster dari para warganet yang diunggah di laman FB Nurhadi-Aldo.
Masalahnya, fenomena Dildo ini terus saja dirayakan tak habis-habisnya, diglorifikasi seakan bagai messiah politik Indonesia, sedemikian rupa sehingga cacat-cacatnya yang begitu fundamental, diloloskan, diluputkan, dimaafkan. Jangan-jangan ini gara-gara saking buruk dan rendahnya kualitas politik kita.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)