Jakarta – Yusuf Muhammad Martak selaku Ketua GNPF Ulama akhirnya beberkan isi dari pertemuan dengan Presiden Jokowi bulan April lalu. Pertemuan tersebut ternyata membahas peristiwa Aksi 411 sekaligus mengklarifikasi perbedaan pendapat dengan pemerintah.
“Tahun 2018 saya bertemu lagi di Istana Bogor, saat itu Presiden didampingi Teten dan Pratikno. Kami sampaikan, ‘Kami menyadari tak mungkin Bapak berangkat dari Solo masuk ke kota metropolitan jadi gubernur (DKI) mau berbuat yang negatif. Kami masih punya keyakinan karena prestasi Bapak naik dari wali kota jadi Gubernur DKI, Bapak pasti ingin berbuat yang terbaik pada Ibu Kota, apalagi Bapak ditakdirkan jadi presiden,'” ucap Yusuf mengenang pertemuan 7 bulan lalu tersebut.
“Problemnya, Bapak ini di lingkungan ring satu Bapak tak memberikan masukan secara komprehensif dan tak imbang,” ujar dia.
Contoh masalah yang disebutkan Yusuf adalah saat Aksi 411 pada 2016. Dia menyesalkan Jokowi yang tak menemui peserta aksi.
“Bapak (Jokowi) tinggalkan, kami ditembaki (gas air mata) pukul 18.00 WIB di saat itu perundingan sedang berjalan,” kata Yusuf, mengingat peristiwa Aksi 411.
“Ormas yang Bapak undang itu semua tidak memberikan masukan yang jelas, di mana kasus Ahok Al-Maidah 51, jadi kenapa saya sampaikan, dari sini mulainya perjalanan perbedaan pendapat, kami merasa adanya ketidakadilan,” kata Yusuf.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)